Melakukan selebrasi usai mencetak gol adalah cara terbaik melepaskan ketegangan, tetapi selebrasi juga bisa menjadi hal yang kurang produktif.
Bagi pemain usia muda, menikmati pertandingan adalah hal krusial. Tidak hanya menikmati jalannya pertandingan, juga menikmati setiap adegan dalam pertandingan.
Karenanya pula sangat wajar selebrasi dilakukan para pemain muda dengan berbagai gaya. Namun, selebrasi berlebihan juga kurang efektif untuk laga sekelas turnamen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang dilakukan Mierza Firjatullah usai membobol gawang Tajikistan adalah salah satu bukti cara selebrasi berlebihan. Dampaknya, Mierza mengalami cedera karena selebrasi.
Ini bukan untuk mengutuk aksi Mierza. Selebrasi menghampiri suporter memang keren, tetapi tidak di turnamen. Merayakan gol turnamen dengan ke tribune sepertinya kurang bermakna.
Ini berbeda dengan kejuaraan resmi. Pencapaian dalam sebuah ajang memiliki nilai yang berbeda. Tekanan dalam kejuaraan resmi juga berbeda dengan tampil di turnamen.
Nova Arianto pun telah menegaskan hal ini. Ia meminta anak asuhnya untuk melakukan selebrasi gol dengan biasa saja. Tak perlu selebrasi dengan hal yang aneh-aneh.
Potensi pemain Indonesia U-17 melakukan selebrasi saat melawan Uzbekistan pun cukup besar. Kondisi lawan membuka peluang Indonesia U-17 menang dengan skor besar.
Pemain, niscaya, sadar betul dengan situasi ini. Hasrat dan keinginan mereka melakukan selebrasi yang bisa dikenang atau dipamerkan sedikit banyak terlintas.
Di sini tugas Nova mengontrolnya. Sebuah gol memang layak dirayakan. Hanya saja pemain muda yang sedang mencari jati dirinya perlu mendapat arahan yang baik dan benar.
Merayakan sistem permainan yang berjalan dengan baik dan benar, kiranya jauh lebih penting ketimbang selebrasi gol. Menajamkan potensi bermain lebih baik dari aksi di luar lapangan.
(nva)