Jakarta, CNN Indonesia --
Apa ide Patrick Kluivert untuk lini depan Timnas Indonesia saat beruji coba melawan Taiwan dan Lebanon di FIFA Matchday?
Tim Garuda akan menghadapi Taiwan pada Jumat (5/9) kemudian bertemu Lebanon pada Senin (8/9). Ini adalah laga simulasi sebelum bertemu Irak (8/10) dan Arab Saudi (11/10) di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dalam empat pertandingan sebelumnya, Kluivert mengandalkan Ole Romeny sebagai ujung tombak. Dari empat laga tersebut Romeny mencetak tiga gol, ke gawang Australia, Bahrain, dan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pemain Oxford United ini absen kerana sedang dalam pemulihan cedera. Bahkan, ada potensi Romeny tak bisa main dalam fase keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Oktober nanti.
Kalaupun pulih, Romeny butuh waktu untuk kembali ke permainan terbaiknya. Karena itu Kluivert butuh simulasi di lini depan, siapa yang bakal dijadikan ujung tombak.
Dari daftar panggil untuk melawan Taiwan dan Libanon, Sananta satu-satunya pemain nomor sembilan. Striker murni. Sisanya adalah penyerang sayap atau winger.
Egy Maulana Vikri, Stefano Lilipaly, Ragnar Oratmangoen, hingga Marselino Ferdinan bukan pemain nomor sembilan. Dua pemain naturalisasi baru pun bukan seorang striker.
Miliano Jonathans dan Mauro Zijlstra berposisi utama penyerang sayap. Melihat kisah sukses Romeny sebagai juru gedor, sepertinya Jonathans dan Zijlstra akan dijadikan striker.
Kembalinya Ragnar, yang belum pernah main selama era Kluivert karena cedera, menambah opsi rekonstruksi atau reposisi Jonathans dan Mauro Zijlstra sebagai striker.
Ragnar, Yakob Sayuri, Marselino, Egy, Eliano Reijnders, Lilipaly, atau Beckham Putra bisa menjadi opsi di posisi winger. Tinggal siapa yang akan dipilih dan dipatenkan.
Satu yang pasti, lawan yang akan dihadapi secara kualitas di bawah Indonesia. Hasil laga uji coba melawan Taiwan dan Libanon tak bisa menjadi acuan kesuksesan racikan.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Selama 2024 dan 2025, Timnas Indonesia melesakkan 13 gol. Ini termasuk gol-gol Piala AFF 2024 yang dominan diisi pemain-pemain Indonesia U-23.
Dari 13 gol tersebut, Romeny menjadi top skor dengan tiga gol, disusul Marselino Ferdinan dan Muhammad Ferarri dengan dua gol. Dari sini tergambar ada potensi gol dari lini lainnya.
Berkaca dari pertandingan Merah Putih pada fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 sepanjang 2024 dan 2025, utamanya saat masih dilatih Shin Tae Yong, posisi striker hanya kamuflase.
Dalam hal ini Rafael Struick kerap jadi ujung tombak, tetapi perannya sebagai perusak. Pemain 22 tahun ini aktif membantu bertahan saat diserang. Kinerja fisiknya yang jadi andalan.
Itu jelas bukan karakter bermain striker. Pemain nomor sembilan biasanya hanya menunggu di depan; menanti umpan matang; mencari ruang untuk melepas tembakan.
Shin juga tak malu menjadikan lemparan ke dalam Pratama Arhan yang panjang dan menukik sebagai senjata mencetak gol kala buntu. Lemparan ini pun jadi semacam benchmark Indonesia.
Itu solusi lini depan era Shin. Bagaimana dengan Kluivert? Belum terlihat jelas sistem yang dibangun. Uji coba melawan Taiwan dan Libanon kiranya jadi percobaannya.
Naluri Sayuri, Marselino, Egy, Lilipaly, juga Ragnar, bisa dikapitalisasi. Kebetulan pula pemain yang dipanggil ini bisa bermain di banyak posisi atau versatile.
Sisi lain Timnas Indonesia yang belum dikelola dengan baik oleh pelatih adalah sepak pojok dan tendangan bebas. Selama fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 tak ada gol dari situasi itu.
Untuk menghadapi Irak dan Arab Saudi pada Oktober nanti, hal ini bisa disimulasikan. Sudah jadi rahasia umum, bola mati tak dimaksimalkan Indonesia karena faktor tinggi badan.
Mengasah situasi mati, diyakini akan sia-sia saat melawan tim Timur Tengah. Yang pasti, ide-ide jenius Kluivert sangat dibutuhkan saat melawan Taiwan dan Libanon.
[Gambas:Video CNN]