Selama 2024 dan 2025, Timnas Indonesia melesakkan 13 gol. Ini termasuk gol-gol Piala AFF 2024 yang dominan diisi pemain-pemain Indonesia U-23.
Dari 13 gol tersebut, Romeny menjadi top skor dengan tiga gol, disusul Marselino Ferdinan dan Muhammad Ferarri dengan dua gol. Dari sini tergambar ada potensi gol dari lini lainnya.
Berkaca dari pertandingan Merah Putih pada fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 sepanjang 2024 dan 2025, utamanya saat masih dilatih Shin Tae Yong, posisi striker hanya kamuflase.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Dalam hal ini Rafael Struick kerap jadi ujung tombak, tetapi perannya sebagai perusak. Pemain 22 tahun ini aktif membantu bertahan saat diserang. Kinerja fisiknya yang jadi andalan.
Itu jelas bukan karakter bermain striker. Pemain nomor sembilan biasanya hanya menunggu di depan; menanti umpan matang; mencari ruang untuk melepas tembakan.
Shin juga tak malu menjadikan lemparan ke dalam Pratama Arhan yang panjang dan menukik sebagai senjata mencetak gol kala buntu. Lemparan ini pun jadi semacam benchmark Indonesia.
Itu solusi lini depan era Shin. Bagaimana dengan Kluivert? Belum terlihat jelas sistem yang dibangun. Uji coba melawan Taiwan dan Libanon kiranya jadi percobaannya.
Naluri Sayuri, Marselino, Egy, Lilipaly, juga Ragnar, bisa dikapitalisasi. Kebetulan pula pemain yang dipanggil ini bisa bermain di banyak posisi atau versatile.
Sisi lain Timnas Indonesia yang belum dikelola dengan baik oleh pelatih adalah sepak pojok dan tendangan bebas. Selama fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 tak ada gol dari situasi itu.
Untuk menghadapi Irak dan Arab Saudi pada Oktober nanti, hal ini bisa disimulasikan. Sudah jadi rahasia umum, bola mati tak dimaksimalkan Indonesia karena faktor tinggi badan.
Mengasah situasi mati, diyakini akan sia-sia saat melawan tim Timur Tengah. Yang pasti, ide-ide jenius Kluivert sangat dibutuhkan saat melawan Taiwan dan Libanon.
(rhr/rhr)