Era kepemimpinan Erick Thohir di PSSI harus diakui punya dampak signifikan pada Timnas Indonesia. Timnas mulai digdaya, termasuk di level usia.
Namun, tiba-tiba ada pergantian pelatih di awal 2025. Erick memecat pelatih yang pencapaiannya tak buruk-buruk amat. Erick lantas mendatangkan Patrick Kluivert sebagai pengganti.
Saat penunjukan ini, bisa dibilang Erick sebagai tokoh utama. Pasalnya saat itu PSSI belum punya Direktur Teknik yang salah satu tugas utamanya menetapkan pelatih Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini PSSI punya Alexander Zwiers. Pria Belanda ini diminta membangun road map atau peta jalan sepak bola Indonesia. Pelatih Timnas yang dipilih tentu harus sesuai dengan peta jalan itu.
Kini saatnya PSSI fokus membangun fondasi di dalam negeri. Jika tujuan utamanya Piala Dunia 2030, ada waktu empat tahun lebih untuk menyusun program akselerasi ke arah sana.
Seperti apa program itu? Ada banyak contoh dan bahan kajian di luar sana. Zwiers niscaya sudah punya gambaran langkah yang akan dilakukan setelah hampir dua bulan di Indonesia.
Kini 'bola' ada di PSSI, dan selamanya 'bola' ada di PSSI. Jika sebelumnya lebih fokus ke Timnas Indonesia, kini saatnya fokus ke sepak bola akar rumput, membangun fondasi di dalam negeri.
Untuk sementara, kiranya sudahi dulu program naturalisasi. Mencipta talenta dalam negeri yang kuat untuk bersaing di pentas global, perlu dipikirkan dengan sangat-sangat matang.
Sudah ada banyak program yang dilakukan PSSI era sebelumnya untuk mengangkat talenta nasional ke pentas global, tetapi hasilnya tidak maksimal. Formula sama jangan terulang.
Maksudnya, program seperti Primavera ke Italia, SAD ke Uruguay, dan Garuda Select ke Inggris, tak perlu diulang. Mengirim tim di luar negeri bukan solusi untuk sepak bola negeri ini.
Sebaliknya, Indonesia butuh kawah candradimuka sendiri. Konsepnya sudah ada, mulai dari PPLP hingga Diklat, tetapi mulai ditinggalkan karena dianggap sudah kedaluwarsa.
Memang butuh konsep baru, tetapi kiranya tak jauh-jauh dari yang pernah ada. Yang lebih krusial, membentuk konsep kompetisi yang cocok dengan karakter negeri 1000 pulau ini.
Pada akhirnya, mengganti Kluivert atau tidak bukan perkara besar. Yang lebih krusial adalah mencipta konsep sepak bola nasional yang bisa menjamin lahirnya talenta besar nasional.
(jal/jal)