Jakarta, CNN Indonesia --
Liverpool sedang krisis. Empat kekalahan beruntun di Premier League jadi isyarat The Reds seakan kehabisan bensin. Mengapa ini bisa terjadi?
Setelah musim perdana yang sempurna bersama Arne Slot, justru Liverpool terpuruk di periode berikutnya. Kini Cody Gakpo dan kawan-kawan terpental dari papan atas di klasemen sementara.
Empat kekalahan beruntun menyeret Liverpool ke peringkat tujuh dengan 15 angka. Tumbang di tangan Manchester United sekaligus membuat The Reds dilangkahi rival utama mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Status juara bertahan Premier League sekaligus menambah beban karena tingginya ekspektasi para suporter. Jika anjlok sedikit saja, seolah-olah seluruh mata tertuju pada mereka.
Tapi situasi yang dialami Liverpool bukan pertama kalinya. Di Premier League musim lalu, Manchester City juga merasakan empat kali kalah beruntun dengan status juara bertahan.
Namun sorotan publik begitu tajam karena kekalahan Liverpool ditelan usai membukukan lima kali menang berurut-urut. Ada yang tak beres dari The Reds saat ini.
Padahal Liverpool merupakan tim Premier League paling boros dalam belanja pemain di awal musim ini. Pengeluaran 482,9 juta euro atau setara dengan Rp9,32 triliun untuk mendatangkan enam pemain mahal tak otomatis membuat perjalanan The Reds mulus.
Dana besar untuk merekrut Alexander Isak, Florian Wirtz, Jeremie Frimpong, Geovanni Leoni, Hugo Ekitike, dan Milos Krekez belum bisa menjaga konsistensi di lapangan.
Ditambah dengan badai cedera yang menerpa penghuni Anfield. Absennya Alisson Becker adalah kehilangan besar bagi Liverpool. Eksistensi Giorgi Mamardashvili tidak maksimal karena kebobolan tujuh kali dari tiga laga Premier League.
Begitu juga dengan lima pemain lain yang belum prima. Jeremie Frimpong, Ryan Gravenberch, Alexander Isak, Curtis Jones, dan Giovanni Leoni belum bisa diharapkan sebab harus menepi.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Bedol desa di Liverpool ikut berdampak pada performa tim. Tak bisa dimungkiri pemain pengganti belum maksimal untuk mengisi kehilangan sosok kunci.
Ada 12 pemain yang hengkang di bursa transfer musim panas 2025. Plus, Liverpool juga ditinggal Diogo Jota yang berpulang.
Sisi kiri Liverpool kelimpungan. Cody Gakpo kerap kesulitan menusuk ke jantung pertahanan lawan. Sebelumnya, ada Luis Diaz dan Diogo Jota di tempat ini.
Sektor lain yang jomplang adalah bek kanan. Kepergian Trent Alexander-Arnold berdampak signifikan untuk The Reds di sektor ini.
Sebab, selain tangguh di pos bek kanan, Trent Alexander-Arnold juga mumpuni sebagai gelandang bertahan. Daya jelajah hingga kualitas crossing pemain berpaspor Inggris itu tak bisa digantikan oleh Jeremie Frimpong dan Conor Bradley sejauh ini.
Kemampuan Trent Alexander-Arnold menyisir sekujur lapangan membuat pemain lain kerap kewalahan. Bahkan duet Virgil van Dijk dan Ibrahima Konate yang tangguh musim lalu harus menerima kenyataan pahit. Liverpool sudah kebobolan sembilan kali dari empat kekalahan terakhir.
 Arne Slot kini dalam sorotan tajam seiring penurunan performa yang dialami Liverpool. (Action Images via Reuters/Paul Childs) |
Perbedaan mencolok dalam kualitas pelapis jadi salah satu penyebab Liverpool sulit menemukan ritme terbaik. Mau tak mau, Arne Slot harus bisa mencari solusi setidaknya sampai bursa transfer paruh musim dibuka.
Hugo Ekitike dan rekan-rekan masih akan berhadapan dengan badai jadwal yang kian padat, plus lawan-lawan berat. Selama sisa Oktober dan sepanjang November, ada delapan laga yang harus dijalani.
Dari rangkaian laga itu, Liverpool akan melawan Real Madrid dan Manchester City. Belum lagi di Desember, big match juga sudah menanti Liverpool kontra Inter Milan dan Tottenham Hotspur.
Mereka harus 'bertahan' sebelum mendatangkan pemain baru di bursa transfer musim dingin. Bisa makin hancur lebur jika mereka tak memperbaiki situasi.
[Gambas:Video CNN]