GIIAS 2016

GIIAS 2016 Pacu Kepekaan Isu Lingkungan daripada Penjualan

Hafizd Mukti | CNN Indonesia
Jumat, 12 Agu 2016 15:19 WIB
Sejauh ini pihak pemangku industri otomotif mengaku siap memproduksi kendaraan berbasis ramah lingkungan, namun seberapa siap pemerintah mengaturnya?
BMW memboyong mobil konsepnya BMW i8 di GIIAS 2016, ICE BSD, Tangerang (11/8) yang di klaim jadi mobil sport hybrid paling progresif saat ini. (CNN Indonesia/Hafidz Mukti Ahmad)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tema Gaikindo Indonesia International Auto Show 2016 sangat kental dengan isu lingkungan dan keberlangsungan industri otomotif yang sejalan bersama lingkungan.

'Green Technology for a Better Future' jadi tema besar pameran otomotif yang di klaim terbesar di Asia Tenggara ini. Beberapa merek otomotif ternama yang ikut serta, menghadirkan varian anyar mereka dengan sumber tenaga terbarukan.

Toyota Mirai misalnya menggunakan bahan bakar hidrogen dengan emisi nol persen karena mengeluarkan air. Hal yang sama diikuti oleh Lexus dengan memboyong mobil konsep mereka LF-FC yang menggunakan baterai juga hidrogen.


Honda misalnya, meluncurkan Honda Clarity Fuel Cell. Menggunakan bahan bakan hidrogen juga baterai yang mampu menempuh jarak maksimal 750 kilometer hanya dengan memberi daya listrik setara tiga menit.

General Manager Lexus Indonesia, Adrian Tirtawidjaja di Pameran otomotif GIIAS 2016 memperkenalkan mobil hybrid Lexus LF-FC bertenaga hidrogen dan baterai. (CNN Indonesia/Andri Novelino)

"Kami ingin transfer ilmu dan pengetahuan soal konsep green pada kendaraan. Tidak melulu soal penjualan," kata Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com usai pembukaan GIIAS 2016 di ICE, BSD Tangerang, Kamis (11/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, ia pun tidak menampik target dan transaksi uang yang berputar selama pameran. Namun, target yang ia terapkan tidak terlalu tinggi.

"Kami berniat transfer ilmu, soal penjualan minimal sama seperti tahun lalu, Rp5,7 triliun. Minimal itu," ujar Yohannes.


Yohannes ingin memberikan pengertian kepada masyarakat, bahwa industri otomotif bukan melulu penyebab kemacetan, melainkan memberikan kemajuan dalam teknologi mutakhir, khususnya energi terbarukan. Bukan tanpa sebab, ia menegaskan, industri otomotif Indonesia dan produsen di dalamnya mengaku telah siap dengan "green energy" untuk diterapkan, namun pihaknya menunggu apakah pemerintah selaku pemilik kewenangan penuh sudah siap memberikan fasiltas yang baik.

Toyota memperkenalkan Mirai sebuah mobil bertenaga hidrogen dan baterai yang telah sukses di Eropa, Amerika dan Jepang. (Reuters)

"Di sisi industri kami sudah siap, apakah itu Euro 4, atau hybrid, kami siap. Dari pabrikan kami telah melakukan investasi yang besar untuk teknologi hijau. Tapi apakah pemerintah sudah siap? Soal kualitas BBM, pengisian hidrogen, listrik?"

Hal senada dikatakan General Manager Lexus Indonesia Adrian Tirtadjaja yang memboyong mobil LF-FC mewah berbahan bakar hidrogen dan baterai. Pabrikan, kata Adrian telah melakukan antisipasi karena bahan bakar fosil pasti habis, sehingga perlu ada kajian konsep bahan bakar yang tidak akan habis.


"Kalau pemerintah hanya diam, mobil konsep hanya sekedar mobil konsep. Jika sudah ada konsep seperti ini, berarti kami siap produksi massal, tinggal bagaimana pemerintah bisa memfasilitasi infrastrukturnya atau tidak? Jika tidak, mohon maaf kami akan tetap memproduksi mesin konvensional BBM," kata Adrian.

Honda Clarity Fuel Cell bisa mengarungi jarak 750 kilometer hanya dengan tiga menit pengisian daya listrik. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Jika semata-mata kendaraan adalah alat transportasi, maka kemacetan, pencemaran udara, emisi gas buang tak mungkin berkurang. Namun, melihat lebih jauh, kendaraan saat ini bukanlah sebatas alat pengantar jalan-jalan, tapi bentuk sebuah peradaban yang berkembang, solutif, aman dan berkesinambungan. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER