Jakarta, CNN Indonesia -- PT Nissan Motor Indonesia (NMI) masih percaya diri mengarungi pasar mobil Indonesia. NMI yang menunjuk Eiichi Koito sebagai pimpinan baru pada awal 2017 telah memiliki berbagai agenda untuk merealisasikan visi
intelligent mobility di Indonesia.
Intelligent mobility disebut sebagai pembeda antara mobil keluaran Nissan dengan kompetitor lain di Indonesia, bahkan dunia. Strategi tersebut dinilai untuk mendongkrak penjualan Nissan yang terus anjlok dari tahun ke tahun.
Untuk memulai strategi baru itu, Nissan harus merontokkan cara lama yang tidak menguntungkan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan dikabarkan masuknya konsep IM itu sendiri disebut-sebut adalah respons emosional untuk mengubah gaya orde lama yang tercatat 'buruk' dalam menerapkan strategi pemasaran.
Karena dinilai buah dari strategi tanpa perhitungan, konsep baru yang diumumkan sejak 2016 itu belum juga mengobati 'luka' Nissan Indonesia.
Dalam data penjualan
wholesales (dari pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendung jelas menghampiri Nissan, terutama di sepanjang 2018.
Penjualan Nissan tercatat dari Januari sampai April 2018 berjumlah 4.356 unit. Bahkan pada April, penjualan Nissan malah menyusut tajam dari sebelumnya (Maret) 1.516 unit menjadi 496 unit.
Angka itu menjadikan Nissan berada di bawah pemain baru asal China, yaitu Wuling selama 2018. Hanya dengan dua produk, yaitu Confero dan Cortez penjualan Wuling diketahui mencapai 5.216 unit.
Sedangkan untuk periode yang sama (Januari-Maret) 2017, penjualan Nissan mungkin sedikit lebih baik. Dari penjualannya untuk semua merek, Nissan berhasil melego 6.580 unit, atau naik dari periode yang sama (Januari-Maret) 2016, sebesar 5.877 unit.
Nissan Indonesia pun merugi. Puncaknya, kepemilikan saham PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) di Nissan serta Datsun yang semula sebesar 25 persen kini turun di bawah 20 persen. Indomobil pun disebut-sebut enggan menambah saham merek di Nissan karena kondisi NMI saat ini.
Di tengah badai yang menerpa NMI, tiba-tiba muncul kabar bahwa NMI akan mengubah pola bisnis dari Agen Pemegang Merek (APM) menjadi importir otomotif. Kabar ini terus menjadi bola salju di tengah kurang beruntungnya nasib Nissan dalam persaingan industri otomotif dalam negeri.
Jika terbukti sebagai importir, NMI harus merelakan jalur produksi pabrik Nissan di kawasan Purwakarta, Jawa Barat hanya berkonsentrasi merakit produk Datsun.
Salah satu sumber mengatakan perubahan pola bisnis NMI menjadi importir dari APM adalah sebuah keputusan besar dalam sejarah Nissan di Indonesia.
"Kalau saya melihatnya tidak mungkin, karena Nissan masih sangat kuat. Hanya saja hubungan Indomobil sedang tidak harmonis dengan Nissan. Indomobil tidak mau menambah saham di Nissan," kata sumber kepada
CNNIndonesia.com, Senin (21/5).
Sumber menjelaskan jika selama ini Nissan masih terus berupaya mengembalikan kejayaan sebagai penghasil mobil penumpang, seperti kesuksesan era Livina.
Dijelaskan sumber, Nissan sebagai perusahaan otomotif raksasa asal Jepang, hal tersebut tak mungkin dilakukan. Ini dibuktikan dengan perusahaan aliansi Nissan-Renault, di mana Nissan sebagai pemegang saham terbesar.
Belum termasuk kolaborasi dengan Mitsubishi yang bisa melahirkan produk low MPV (
multi purpose vehicle) terbaru untuk konsumen di Indonesia.
Presiden Komisaris Indomobil Sukses International Subronto Laras yang dihubungi secara terpisah justru tidak berkenan menanggapi status Indomobil. Menurutnya, hubungan Nissan dan Indomobil tak perlu dibahas untuk saat ini.
"Maaf, tidak ada komentar untuk saat ini," tegas Subronto Laras.
NMI diam seribu bahasaPihak NMI hingga kini belum juga merespon terkait rumor yang telah beredar.
General Manager Marketing Strategi NMI, Budi Nur Mukmin yang dimintai keterangan justru menyarankan bertanya ke divisi Hubungan Masyarakat NMI dengan alasan tidak berhak menjawab kondisi NMI.
Namun Kepala Komunikasi PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Hana Maharani tidak pernah menanggapi pertanyaan
CNNIndonesia.com yang menanyakan strategi NMI ke depan.
(mik)