TIPS MUDIK LEBARAN

Hati-hati, Muatan Melebihi Kapasitas Penyebab Rem Blong

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Jumat, 25 Mei 2018 09:12 WIB
Rem didesain untuk kendaraan dengan tonase (daya angkut beban) yang sudah ditetapkan.
Ilustrasi. (REUTERS/Saul Porto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus rem blong pada kendaraan roda empat atau adalah kasus yang sering terjadi.

Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menilai, munculnya kasus tersebut diduga karena pemilik lalai mengecek fungsi rem. Selain itu, Ia menjelaskan penyebab rem blong lainnya adalah muatan kendaraan melebihi kapasitas.

Menurut Jusri, barang yang diangkut melebihi kapasitas yang ditentukan akan membuat kinerja rem tidak maksimal dan kendaraan akan sulit dikendalikan.
Rem didesain untuk kendaraan dengan tonase (daya angkut beban) yang sudah ditetapkan. Jika muatan berlebih menyebabkan beban kerja yang diterima oleh komponen rem lebih berat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Manakala disebutkan beban 20 ton, lalu menjadi 40 ton maka kenaikan 100 persen. Otomatis beban kerja rem dan komponen akan menjadi berat sekali. Ketika berat, kemampuan rem, otomatis tidak ada," kata Jusri kepada CNNIndonesia.com.

"Yang harusnya bisa memberhentikan kendaraan pada jarak tertentu, tapi ini dia (sopir) tidak bisa melakukannya," ucap Jusri.
Dikatakan Jusri, selama ini cukup banyak pengemudi tak menyadari kendaraannya mengangkut beban berlebih. Dan percaya atau tidak, bahaya yang mereka hadapi akan dapat menimbulkan kecelakaan yang lebih fatal jika ditambah perilaku mengemudi yang tak baik.

Kasus ini banyak terjadi pada pengemudi truk yang umumnya membawa logistik.

"Ya karena seperti itu tentu efek paling parah adalah kecelakaan, selain dari rusak komponen atau jalan yang menjadi rusak," ujarnya.
Ubah perilaku mengemudi

Oleh sebab itu Jusri menyarankan agar pengemudi dapat mengubah perilaku berkendara kendati kendaraan harus mengangkut beban banyak. Tujuannya agar kendaraan mudah dikendalikan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan.

"Pertama saya akan bergerak pelan. Misal yang semula itu bisa 60-70 km per jam. Ini paling tinggi 40 km per jam. Sehingga beban kerja rem tidak terlalu berat karena laju kendaraan tidak maksimal," tutup Jusri. (mik)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER