Jakarta, CNN Indonesia -- Suzuki Indomobil Motor (SIM) mengumumkan berencana menambah aktivitas ekspor hingga 1,5 kali lipat pada 2020. Strategi ini menjadi respons Suzuki atas permintaan pemerintah yang ingin lebih banyak kendaraan diproduksi di Indonesia kemudian menjadi komoditi ekspor.
Pada tahun lalu, nilai ekspor Suzuki, terbesar berasal dari
Completely Built Up (CBU) dan
Completely Knock Down (CKD), mencapai Rp7,8 triliun.
Presiden Direktur SIM Seiji Itayama menjelaskan nilai itu mewakili 33 persen dari pendapatan SIM pada 2017. Itayama mengatakan pada 2022, nilai ekspor perusahaan bakal menyentuh Rp11,3 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan meningkatkan investasi, baik sumber daya manusia dan fasilitas. Dalam hal bea cukai, perizinan, dan lainnya kami mengikuti kebijakan pemerintah. Kami akan memperluas bisnis kami," ucap Itayama, saat peresmian ekspor perdana
All-New Ertiga di pabrik Cikarang, Jawa Barat, Senin (22/10).
Itayama tidak merinci nilai investasi baru. Presiden Komisaris SIM Soebronto Laras juga belum mau membeberkan informasi terkait itu.
Soebronto mengingatkan Suzuki terakhir menanamkan modal US$1 miliar, realisasinya untuk mendirikan pabrik terbaru di Cikarang, Jawa Barat, pada 2015 yang sekarang memproduksi Ertiga. Investasi baru dikatakan bisa melengkapi, disebut kapasitas pabrik ini bisa ditingkatkan hingga 200 ribu unit per tahun dari sekarang 88 ribu unit per tahun.
"Apa yang diinvestasikan sekarang ini, US$1 miliar sudah luar biasa karena tidak hanya perakitan mobil tetapi juga manufacturing," ujar Soebronto.
Kementerian Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa akumulatif investasi Suzuki di Indonesia telah mencapai Rp18,4 triliun. Suzuki saat ini punya empat pabrik untuk memproduksi mobil, sepeda motor, mesin, dan transmisi.
Manufaktur Suzuki di Indonesia merupakan terbesar ketiga di dunia setelah India dan Jepang.
"Suzuki sudah mengekspor ke 87 negara. Diharapkan banyak industri bisa mengikuti," tutup Airlangga.
(fea/mik)