Jakarta, CNN Indonesia --
Daihatsu mulai aktif bergerilya di pasar otomotif nasional sejak 1973, di mana saat itu
Astra Daihatsu Motor (ADM) menjadi perusahaan yang mendapat hak impor mobil-mobil merek Daihatsu.
Mobil-mobil Daihatsu puluhan tak kalah menarik dari yang ada saat ini seperti Xenia, Terios, Sigra, hingga Ayla. Tak pelak dijadikan mobil koleksi bagi sejumlah konsumen.
Beberapa di antara mobil lawas Daihatsu tersebut ada yang masih setia menemani 'tuannya' hingga sekarang. Salah satu mobil Daihatsu yang legendaris adalah Midget yang memiliki rupa unik jika dibandingkan dengan kendaraan modern saat ini. Ada beberapa model lawas lain yang patut untuk diingat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Midget merupakan kendaraan roda tiga lansiran Daihatsu yang mempunyai dimensi kecil. Di Indonesia kendaraan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Bemo atau becak motor.
Midget sendiri adalah kendaraan produksi Daihatsu pertama yang masuk pasar otomotif nasional. Midget Bemo pun mulai aktif dipergunakan di Tanah Air pada 1962 silam berkaitan dengan pesta olahraga negara berkembang yang digelar di Jakarta, Ganefo.
Kendaraan ini dibekali mesin bensin tipe ZA 250 cc berpendingin udara. Di Indonesia, Hijet diketahui pertama mengaspal melalui generasi ketiganya, yaitu S37. Mobil tersebut masuk sebagai bantuan penanggulangan gunung meletus sekitar 1972.
Populasinya di Indonesia cukup langka karena kehadirannya berstatus impor utuh atau Completely Build Up (CBU) dari Jepang. Dimensi mobil ini masuk ke dalam kelas 'kei truck' dengan mengandalkan mesin Daihatsu ZM 356 cc 2 tak 2 slinder berpendingin air. Mobil berjenis hatchback ini masuk ke dalam kelas kei car Daihatsu yang mulai diproduksi pada 1974. Selain dengan konfigurasi empat pintu, Fellow Max juga mempunyai varian dua pintu.
Fellow Max dibekali mesin 360 cc dua silinder yang menawarkan tenaga sebesar 32,5 tenaga kuda. Berbeda dari mobil-mobil sebelumnya, Charade G10 lahir dengan kapasitas mesin lebih besar, 993 cc tiga slinder. Awal kemunculannya memang tidak spektakuler, namun diklaim telah memikat hati konsumen Indonesia.
Hatchback ini tersedia dengan dua varian yaitu lima pintu dan tiga pintu. Di beberapa negara, Charade G10 juga dikenal dengan nama ‘Runabout’. Mobil berjenis jip ini menjadi satu-satunya kendaraan Daihatsu yang menggendong mesin diesel. Taft F50 dibekali mesin diesel empat slinder 2.500 cc. Daihatsu juga menyediakan mesin bensin 1.000 cc dan 1.600 cc.
Daihatsu mengemas desainnya sangat menarik sehingga kehadirannya sangat diunggulkan oleh konsumen dalam negeri. Pada era yang sama dengan Charade G10 pada 1977, generasi terbaru Hijet meluncur di tanah air.
Hijet 55 Wide menawarkan penyegaran melalui dimensi lebih luas dari generasi sebelumnya, yaitu panjang 3.195 mm , lebar 1.395 mm, tinggi 1.660–1.820 mm dan jarak sumbu roda 1.820 mm, dan mesin 547 cc. Meski pembaharuan Hijet telah mengaspal, versi dari generasi ketiga tetap dijual saat itu. Untuk mengganti Hijet yang berstatus CBU, akhirnya ADM meluncurkan Espass pada 1994. Selain versi minibus, ada juga varian pickup dari mobil ini. Ada dua pilihan mesin bensin untuk Espass, pertama berkapasitas 1300 cc dan 1600 cc.
Produk-produk lawas itu diketahui turut serta dalam pertemuan pengguna Daihatsu ‘Bandung Lautan Daihatsu (BALAD)’ yang digelar di stadion Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat. Hadir juga mobil lawas merek Daihatsu seperti Taruna, Ceria, Classy, hingga Feroza pada acara itu.
Direktur Marketing ADM Amelia Tjandra mengaku bahwa pihaknya tak menyangka jika mobil-mobil lawas Daihatsu itu masih bisa bertahan hingga kini.
“Kami tidak pernah menyangka acara ini akan menemukan mobil yang umurnya lebih dari kita. Ini di luar dugaan dan menjadi catatan sejarah bagi semua pelanggan Daihatsu,” tutup Amelia.