Salah satu dedengkot kumpulan pengguna Harley-Davidson di Indonesia, Indrodjojo Kusumonegoro, mengungkap perbedaan touring motor gede alias moge dahulu dan sekarang.
Pria yang lebih dikenal dengan nama Indro Warkop ini diketahui sudah pegang setang Harley-Davidson sejak medio 1970an. Bahkan Indro adalah salah satu pendiri klub Harley-Davidson terbesar di Tanah Air, yakni Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI).
Indro bercerita touring moge dahulu lebih terkesan sopan dan humanis, bahkan anti pengawalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bercerita dahulu pernah menyelenggarakan touring skala internasional pada era 1990an yang melibatkan bikers moge dari berbagai negara.
"Saya menyelenggarakan event internasional pertama mungkin di Indonesia, tahun 1990an. Saya di-back up Gubernur DKI dan Kapolri kala itu. Kapolri ngasih pengawalan, tapi saya minta mereka di belakang saja, kami yang di depan. Karena ini touring, bukan cepet-cepetan," ungkap Indro saat nostalgia bersama CNNIndonesia.com, Rabu (4/11).
Meski tanpa pengawalan, Indro mengatakan selama perjalanan semua berjalan aman dan terkendali. Tidak ada gesekan antara pengendara dengan pengguna jalan dan dikatakan saat itu tertib berlalu lintas.
"Dan bener memang ada yang hilang misah [tertinggal], tapi ketemu terus karena kami punya tracking. Jadi menurut saya kayaknya tidak usahlah dikawal-kawal, karena pengawalnya juga tidak tau buat ngawal touring. Mereka biasa ngawal pejabat dan lain-lain, tapi ngawal touring enggak. Ingat esensi touring itu tur, seneng-seneng. Menikmati perjalanan," katanya.
Indro mengatakan pada eranya touring semua keputusan ada di tangan pimpinan rombongan, bukan pengawalan dari aparat. Ia juga mengatakan menggunakan pengawalan hanya membuat konvoi lebih terasa kejar-kejaran.
"Karena nanti akan kejar-kejaran. Dan itu yang terjadi. Jadi ketika sudah mulai kejar-kejaran, itu sudah tidak mematuhi manajemen konvoi. Jadi berantakan. Belum lagi secara psikologis kalau sudah ngejar ini ditinggal temen, secara psikologis beban loh," ucap dia.
"Tiba-tiba kalau ada apa-apa di jalan dan ada yang mempengaruhi kita, kita ribut tuh. Hal-hal itu. Nah itu yang harus di-manage. Dan yang manage siapa? Pimpinan rombongan," kata Indro yang mengaku saat ini tidak aktif di klub Harley-Davidson.
Menurut Indro hal-hal tersebut yang sangat dihindari dan menjadi pakemnya selama aktif di klub.
"Seperti kata senior saya yang saya bilang god father-nya tentara dan polisi, mereka itu tidak pernah mau pake pengawalan. Jadi mereka minta pengawalnya di belakang dan saya di depan. Saya suka mimpin perjalanan dan dikasih sirine sama mereka, tapi dia senengnya saya tidak pake itu. Saya cari jalan aja rapi-rapi. Beliau ya senengnya gitu lampu merah berhenti, terus polisi yang ngawal di belakang saja. Beda sama sekarang," kata Indro.
"Nih maap-maap nih, sekarang kan dikawal polisi gitu, bentar lagi banyak yang dikawal tentara PM [polisi militer]. Ya karena sudah ada dan saya pertanyakan kok PM boleh ngawal sipil. Oh, karena ada anaknya siapa gitu," sambung Indro sembari tertawa.
Indro menekankan juga beberapa perbedaan lain antara pengguna moge asal Amerika Serikat itu dulu dengan kini.
"Ya dulu sama sekarang, lebih menikmati perjalanan, ikut aturan, dan lainnya. Jadi biar pake sirine ada, tapi tidak pernah sembarang. Beda sama sekarang, motor bukan polisi pake sirine, pake lampu-lampu. Jalan sendiri saja gunakan sirine, lampu. Jadi sudah rancu," kata Indro.
(ryh/fea)