Praktisi Keselamatan Respons Kecelakaan Tol Cipali

CNN Indonesia
Senin, 30 Nov 2020 18:26 WIB
Praktisi keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menanggapi kecelakaan beruntun terjadi di ruas tol Cipali KM 77.
Jalan tol Cipali. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Praktisi keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menanggapi kecelakaan beruntun terjadi di ruas tol Cipali KM 77 jalur A yang menewaskan 10 orang. Tabrakan ini melibatkan dua truk Hino dan satu minibus Mitsubishi Elf bernomor polisi G1261D.

Menurut Jusri, kecelakaan tersebut dapat disebabkan berbagai pemicu. Paling utama adalah pemahaman berkendara menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan.

Kata dia setiap pengemudi harus mengerti soal jarak aman berkendara sebagai antisipasi kendaraan di depan. Dengan jarak aman, pengemudi di belakang punya celah menghindar atau memperlambat laju kendaraan jika ada pengereman mendadak di depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jarak aman berkendara berbeda-beda, tapi saat berada di belakang truk yang memiliki kecepatan rendah sebaiknya menyisakan ratusan km sebagai jarak aman.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kendaraan, pada Pasal 3 menetapkan batas kecepatan di jalan tol paling rendah 60 km per jam, sedangkan tertinggi 100 km per jam.

"Truk normalnya itu bisa sampai 80 km per jam. Jika kecepatan truk segitu, jarak amannya itu kalau dihitung-hitung dengan kendaraan kita sekitar 115 meter sampai 184 meter," kata Jusri saat dihubungi, Senin (30/11).

Namun, Direktur Operasi Astra Tol Cipali Agung Prasetyo mengungkapkan truk-truk besar yang melalui Cipali kebanyakan bergerak terlalu lambat karena kecepatannya jauh di bawah rata-rata, atau sekitar 29 km per jam.

Menurut Jusri jika itu yang terjadi tentu menjadi pemicu kecelakaan di jalan tol.

Jusri mengatakan ada dua faktor mengapa truk berjalan terlalu pelan. Pertama karena sopir yang terlalu lelah sehingga menurunkan kecepatannya selama di perjalanan. Karena itu dibutuhkan istirahat yang cukup untuk menghindari kecelakaan.

"Kedua karena muatan truk tersebut berlebihan sehingga tidak bisa dipacu lagi kecepatannya," ucap Jusri.

Pemicu berikutnya karena pengemudi terlalu letih sehingga gagal mengantisipasi bahaya di depan.

Diketahui kecelakaan beruntun di tol Cipali tersebut terjadi dini hari pada pukul 03.00 WIB. Merespons kejadian itu, Jusri menduga disebabkan sopir mengantuk, namun memaksakan diri mengemudi di tengah penurunan konsentrasi.

"Manusia punya batas. Dan ini perjalanan malam hari saat visibilitas turun, nalar turun, dan kemampuan mengemudi juga turun. Karena statemen pengelola Cipali 2018-2019 itu kecelakaan di sama karena keletihan. Apalagi jalurnya monoton, lurus aja dan cukup panjang. Orang akan mudah mengantuk, apalagi dilakukan malam hari," tutup Jusri.

(ryh/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER