Semua merek otomotif di Tanah Air tak bisa berbuat banyak saat dampak pandemi Covid-19 menyapu potensi penjualan selama sembilan bulan pada 2020. Rekam jejak kejatuhan penjualan mobil dan sepeda motor di dalam negeri dimulai pada Maret, saat pemerintah mengumumkan untuk pertama kalinya pasien positif Covid-19.
Mengutip data retail atau penjualan dari dealer ke konsumen milik asosiasi produsen mobil, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada Maret penjualan turun menjadi 60.443 unit dari sebelumnya 77.866 unit pada Februari.
Penjualan mobil yang merupakan salah satu tolak ukur perkembangan industri otomotif Indonesia masuk ke jurang lebih dalam pada April dengan catatan 24.270 unit, lalu terjelembab pada Mei 17.083 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaikindo menjelaskan penjualan pada tiga bulan awal tertekan sebab saat itu pemerintah melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah untuk menekan penularan Covid-19. PSBB kemudian mulai dilonggarkan pada Juni yang kemudian diikuti penjualan yang perlahan bangkit menjadi 29.859 unit.
"Ya mungkin karena Juni lockdown [PSBB] juga baru selesai," kata Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi.
Walau sudah naik, efek pandemi sama sekali belum mereda. Banyak produsen masih berupaya membenahi diri sambil menyelesaikan satu per satu masalah internal seperti kendala produksi lokal dan pekerja sambil mencari cara agar otomotif tetap bercahaya.
Sejak Juni sampai November penjualan mobil selalu meningkat, namun masih jauh dari normal. Selama Januari-November catatan total penjualan hanya 509.667 unit, sementara periode yang sama 2019 dapat mencapai 942.177 unit.
Sepeda Motor Mogok
Penjualan yang mogok saat pandemi juga terjadi pada industri motor. Menurut Data wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) penjualan pada April jatuh ke 123.782 unit, sementara Maret mencapai 561.739 unit. Pada Mei wholesales makin kecil menjadi 21.851 unit.
Baru pada Juni wholesales meningkat menjadi 167.992 unit, Juli 292.205 unit, Agustus 317.107 unit, September 380.713 unit, dan Oktober turun lagi menjadi 317.830 unit.
Pada Januari-November penjualan motor cuma 3.194.344 unit, sedangkan periode sama 2019 jumlahnya 5.517.630 unit.
Daya Beli Otomotif
Penjualan mobil dan motor yang anjlok bukan hanya karena pembatasan yang diterapkan pemerintah, melainkan juga terkait daya beli masyarakat yang terganggu pandemi. Masalah lain yaitu masyarakat cenderung menyimpan uangnya untuk kebutuhan pokok ketimbang membeli atau gonta-ganti kendaraan.
Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra mengatakan yang dapat meningkatkan penjualan mobil hanya daya beli konsumen. ADM dikatakan sudah melakukan penyesuaian atas berkurangnya pembelian mobil dengan cenderung menahan produksi.
"Paling penting itu demand [permintaan] ada dan daya beli meningkat. Karena kami mau jualan dengan [stok] sehat. Kalau tidak memberatkan teman di outlet," ungkap Amelia.
Hal senada juga diungkap Direktur Marketing Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi.
"Jadi ya [penjualan] dilihat juga faktor ekonomi, terus situasi kreditnya juga. Jadi situasi itu sangat dinamis," kata Anton.
Revisi Target Penjualan
Pada sisi lain, menurunnya permintaan tak pelak membuat asosiasi industri otomotif mobil dan motor menurunkan target penjualannya pada tahun ini. Gaikindo yang sebelum pandemi optimistis penjualan mencapai 1,05 juta unit pada tahun ini, merevisi target menjadi 600 ribu unit, lalu disusutkan kembali jadi 525 ribu unit karena situasi semakin parah.
AISI juga menurunkan target penjualan sepeda motor pada 2020 hingga 45 persen menjadi 3,6 juta- 3,9 juta unit.
"Kesepakatan AISI total market akan turun 40 sampai 45 persen, kira-kira akan 3,6-3,9 juta unit," kata Ketua Umum AISI Johannes Loman.
Bahkan prediksi Loman ini lebih rendah daripada hitung-hitungan Sekretaris Jenderal AISI Hari Budiarto. Hari pernah memprediksi penurunan penjualan roda dua dalam negeri sebesar 25 hingga 30 persen dari pencapaian tahun lalu yang sebesar 6,48 juta unit.
Pameran Otomotif Ditunda
Pandemi juga membuat segala kegiatan yang menyangkut keramaian dibatalkan, termasuk pameran otomotif. Padahal pameran biasanya jadi salah satu cara jitu produsen menjual lebih banyak unit.
Ada sejumlah pameran inti otomotif Tanah Air yang akhirnya dibatalkan dan ditunda akibat Covid-19. Pertama yakni Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) dan Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS).
GIIAS sebelumnya sempat ditunda beberapa kali (Maret-November) hingga akhirnya diputuskan batal digelar tahun ini. Gaikindo kemudian membuat alternatif lain dengan merencanakan pameran lebih kecil, Jakarta Auto Week, pada November namun ujungnya juga urung terjadi.
Jakarta Auto Week kemudian dijadwal ulang pada Januari 2021, ini pun akhirnya ditunda lagi lantaran kekhawatiran pandemi.
Nangoi bilang kepastian penyelenggaraan pameran akan selalu tergantung pada situasi pandemi serta kesehatan dan keamanan masyarakat.
Sementara Rizwan Alamsjah selaku Ketua III Gaikindo dan Ketua Penyelenggara Pameran Gaikindo berharap pada Maret 2021 kondisi kesehatan masyarakat sepenuhnya terjamin sehingga tidak ada kendala dalam menyelenggarakan pameran.
Harapan Rizwan pameran dapat terselenggara dengan aman dan lancar sehingga memberi kontribusi maksimal terhadap penjualan.
"Menjadi keinginan kami tetap agar GJAW menjadi pameran Gaikindo pertama pada tahun 2021, berjalan aman dan lancar, sehingga dapat memberikan hasil maksimal dalam mendorong penjualan dan pada akhirnya memberikan kontribusi untuk industri otomotif Indonesia," ucap Rizwan.
Lihat juga:Penjualan Motor Melorot November 2020 |
Prediksi Tahun Depan
Nangoi mengatakan penjualan tahun ini diprediksi berhenti pada angka 525 ribu unit atau sesuai dengan target revisi yang ditetapkan.
"Feeling saya cuma 525 ribu unit sampai akhir tahun ini," kata Nangoi.
Lebih lanjut, Nangoi optimistis penjualan membaik tahun depan, salah satu pendukungnya disebut vaksin Covid-19 yang kemungkinan diterapkan dalam waktu dekat. Prediksi dia penjualan naik akan 50 persen dari tahun ini atau setidaknya menyentuh 750 ribuan unit.
"Tahun depan kalau ekonomi [terus naik] dan mudah-mudahan vaksin sudah bisa dijalankan harusnya ada perkembangan. Makanya harapan bisa tumbuh 50 persen menjadi 750 ribu unit," kata Nangoi.
Sementara itu AISI memprediksi penjualan motor tahun depan bisa naik 10 persen menjadi 4 juta hingga 4,3 juta unit.
"Untuk tahun depan diprediksi tumbuh 10 persen," kata kata Divisi Humas AISI Ahmad Muhibbuddin.
(ryh/fea)