Penjualan mobil di Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan signifikan dan permintaan paling banyak berasal dari Sport Utility Vehicle (SUV) hingga mobil listrik.
Kondisi ini dijelaskan merupakan imbas dari kebijakan pendukung industri otomotif yang dirilis pemerintah di antaranya suku bunga rendah, stimulus, dan preferensi untuk transportasi pribadi karena pandemi Covid-19. Trend kenaikan permintaan kendaraan ini diprediksi terus berlanjut sampai tahun depan.
General Motors (GM) mengatakan Chevrolet Bolt EV mencatat rekor pengiriman kuartal kedua, dengan total penjualan naik 31 persen, sementara penjualan SUV premium Buick melonjak 86 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memperkirakan permintaan tinggi yang berkelanjutan pada paruh kedua tahun ini dan hingga 2022," kata Elaine Buckberg, kepala keuangan GM mengutip Reuters, Jumat (2/7).
Sejak Juni lalu, pabrikan mobil nomor satu di AS itu telah meningkatkan anggaran mobil listrik menjadi US$35 miliar (Rp508 triliun) hingga 2025.
Sementara Toyota Motor Corp Jepang (7203.T) mengatakan kendaraan bertenaga alternatif mewakili hampir seperempat dari volume penjualan sampai Juni 2021 atau naik dari 13 persen dari tahun sebelumnya.
Pasar mobil Toyota di AS secara keseluruhan naik sekitar 73 persen menjadi 688.813 unit kendaraan pada kuartal kedua.
"Perlu ada lebih banyak model di luar Tesla tahun depan, F-150 Lightning (Ford) akan membantu menggerakkan jarum ke atas," ucap analis Morningstar David Whiston.
Sejumlah mobil listrik baru akan diluncurkan pada paruh kedua 2021 termasuk Chevrolet Bolt EUV, Hyundai Ioniq 5 dan model EV6 Kia.
Ford, yang kini mulai berkecimpung pada mobil listrik telah menjual lebih dari 10 ribu unit SUV Mustang Mach-E dalam lima bulan pertama 2021 akan meluncurkan versi elektrik dari pickup F-150 pada 2022.
Secara terpisah, data dari perusahaan analitik Wards Intelligence menunjukkan bahwa laju penjualan kendaraan ringan di AS melambat pada Juni menjadi 1,3 juta unit dari 1,6 juta pada Mei.
(ryh/mik)