Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diprediksi bakal mengganggu perpanjangan relaksasi PPnBM yang sudah disiapkan buat menggenjot penjualan mobil di dalam negeri.
Aturan PPKM Darurat dimulai pada 3 Juli di Pulau Jawa dan Bali, hanya beberapa hari setelah perpanjangan relaksasi PPnBM mulai berlaku pada 30 Juni. Jawa adalah area terbesar penyumbang penjualan mobil setiap tahun.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menjelaskan PPKM Darurat kemungkinan mempengaruhi efek yang ditawarkan perpanjangan relaksasi PPnBM 100 persen buat mobil-mobil maksimal 1.500 cc produksi lokal dengan kandungan local purchase komponen minimal 60 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stimulus relaksasi PPnBM sudah membuktikan dapat meningkatkan penjualan dan produksi otomotif, tetapi mungkin akan dipengaruhi PPKM Darurat tersebut. Tetapi, hal ini tidak dapat dihindari, dan kepentingan kesehatan masyarakat lebih penting," kata Jongkie seperti diberitakan Antara, Senin (5/7).
Sebelum diperpanjang, aturan relaksasi PPnBM berlaku dari Maret hingga Mei. Pemerintah melihat kebijakan ini sukses mendorong penjualan mobil yang kemudian menggerakkan industri lantas diputuskan diperpanjang hingga Agustus.
Kementerian Keuangan lantas membuat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77 Tahun 2021 sebagai landasan perpanjangan relaksasi PPnBM. Aturan ini ditetapkan pada 28 Juni dan berlaku pada saat diundangkan pada 30 Juni.
Selain perpanjangan relaksasi PPnBM untuk mobil maksimal 1.500 cc, pemerintah juga masih menjalankan aturan serupa buat mobil 1.501 cc hingga 2.500 cc.
Pada Januari-Mei penjualan retail mobil baru mencapai 322.670 unit, ini lebih besar sekitar 23 persen dibanding periode sama tahun lalu yang didorong relaksasi PPnBM.
![]() |
PPKM Darurat disebut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu memberi tekanan berat pada semua sektor bisnis di Jawa dan Bali, termasuk otomotif.
"Dampaknya, tren peningkatan penjualan otomotif yang sudah membaik di kuartal dua ini berpotensi untuk mengalami tekanan yang lebih dalam lagi dan berpotensi memperpanjang resesi ekonomi. Tidak ada kepastian apakah setelah PPKM darurat dua minggu penyebaran Covid-19 akan mereda," kata Yannes.
Yannes juga mengatakan tekanan bisa jadi lebih berat lagi apabila PPKM Darurat berlangsung lebih dari sebulan. Dia menyebut masyarakat bisa masuk dalam ketidakpastian dan keraguan serta suasana psikologis yang paranoid.
Pembatasan aktivitas masyarakat akan membatasi pula aktivitas konsumsi mereka dan seluruh rantai ekonomi yang berkorelasi dengannya," ucap Yannes.
(fea)