Jakarta, CNN Indonesia --
Mantan bos Garansindo Distributor Indonesia (GDI), yang pernah menjadi distributor Jeep di Tanah Air, Muhammad Al Abdullah atau akrab disapa Memet mengalami kecelakaan yang membuat mobilnya, Jeep Cherokee 3.6L hancur saat menabrak truk di Tol Kanci arah ke Jawa Tengah.
Memet selamat pada kecelakaan itu namun merasa heran sebab fitur keselamatan mobilnya tak bekerja. Salah satu fitur yang disoroti Memet yakni airbag.
Airbag pada mobilnya dikatakan Memet tidak keluar sebagaimana mestinya, yaitu melindungi penghuni kabin saat terjadi tumbukan. Dalam foto yang dibagikan Memet, memang terlihat tidak satupun Airbag keluar meski mobil terlihat hancur terutama bagian depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa yang dialami Memet memang tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang biasa sebab ini berkaitan dengan nyawa. Apalagi fitur keselamatan yang seharusnya meringankan cedera usai kecelakaan malah tak berfungsi.
Lantas apa saja sebetulnya yang menjadi penyebab airbag tak mengembang?
Sebelum berbicara lebih jauh, pengguna perlu memahami apa yang dinamakan airbag. Mudahnya airbag merupakan sistem penahan tambahan terhadap benturan.
Airbag mengembang berdasarkan proses kimia yang akan akan menggembung sesaat setelah sensor mendeteksi benturan kendaraan. Kejadian airbag meletus terjadi sepersekian detik usai kecelakaan.
Airbag yang sudah terbuka ini berfungsi menahan area kepala sopir atau penumpang yang terempas ke arah kemudi atau dasbor untuk mengurangi risiko cedera.
Saat ini airbag tidak hanya terletak di bagian depan saja. Melainkan inovasi membuat komponen ini diletakkan di berbagai bagian mobil sehingga dapat menyerupai tirai, bahkan menjadi pelindung lutut.
Alasan mengapa airbag tak mengembang beragam, tapi paling umum berkaitan dengan kecepatan.
Disebutkan Auto2000, Airbag akan mengembang jika tingkat benturan diatas ambang yang dirancang. Jika diurai, pada kecepatan kendaraan kira - kira 25 km per jam ketika menabrak secara frontal terhadap penghalang diam yang tidak bergerak, contoh tembok.
Berikutnya batas kecepatan yang mungkin lebih tinggi dari 25 km per jam apabila membentur suatu objek atau penghalang yang dapat bergerak jika tertabrak.
Hal ini masuk akal mengingat airbag bekerja berdasarkan sensor. Sehingga makin besar tabrakan, maka tekanan terhadap sensor sehingga airbag meledak akan makin besar.
Sebab itu jika kecelakaan dengan kecepatan di bawah itu mungkin saja airbag tak mengembang.
Sensor
Tanpa titik sensor, Seva menyebutkan kinerja airbag tidak akan maksimal. Titik sensor airbag umumnya terletak dekat lampu utama sebelah kanan dan kiri pada mobil yang hanya punya dua airbag, di depan sopir dan penumpang depan.
Namun, jika mobil memiliki empat airbag atau lebih, titik sensor umumnya juga diletakkan pada pilar mobil, sehingga apabila terjadi benturan di sisi samping mobil, airbag bisa menggembung.
Bagaimana sensor ini bekerja? Syaratnya, jarak pembacaan sensor minimal 15 derajat garis lurus ke depan. Bila lebih besar dari 15 derajat, maka ada kemungkinan airbag tidak mengembang. Sebagai contoh, bila mobil menabrak tiang listrik pada bagian tengah (grill), maka bisa saja airbag tidak mengembang.
ECU
Pada mobil modern, proses kimia yang dijelaskan itu berkaitan dengan komponen ECU (Engine Control Unit). ECU mengirim perintah sehingga unsur kimia itu bereaksi sesaat usai tabrakan.
ECU memerintahkan proses kerja jika ada gaya dorong dalam jumlah besar yang terjadi pada titik sensor. Bila ECU tidak menerima gaya dalam jumlah besar yang ditentukan, maka airbag tidak akan mengembang.
Faktor lain
Airbag juga tak akan mengembang bila dengan kategori benturan berikut, benturan dari belakang, kendaraan menabrak objek yang lebih tinggi, dan benturan menyudut.