EHang 216 memiliki dua pintu yang ada pada sisi kanan dan kiri. Pintunya mengadopsi model pintu gullwing, yang mengingatkan kita pada salah satu model mobil Mercedes-Benz yang cukup populer.
Akses masuk ke kabin menurut saya cukup kecil atau sedikit menyulitkan buat saya yang memiliki ukuran tubuh besar atau dengan tinggi 184 cm dan berat di atas 110 kg.
Duduk di kabin terasa cukup nyaman dan lumayan lega, dan joknya empuk. Ruang kepala juga terasa lapang. Dalam lembar informasi yang disediakan, EHang dapat memuat dua penumpang dengan berat maksimal 220 kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun jika saya harus berbagi tempat duduk dengan orang lain terasa sangat sempit sehingga mengurangi kenyamanan selama mengudara.
Lihat Juga : |
Terlepas dari itu EHang dilengkapi kaca pelindung kuat. Kabinnya tersedia satu layar besar yang akan memberikan banyak informasi selama penerbangan, mulai dari navigasi, arah angin, peta, hingga video perkenalan mengenai EHang.
Saya perlu hati-hati mengakses kabin EHang 216, sebab ruang kabinnya relatif kecil dan khawatir dengkul menyuntuh bodi bagian dalam EHang. Begitu juga saat hendak naik dan turun.
Dalamnya tidak ada alat pengoperasian layaknya helikopter seperti tuas pengendali, dan tombol-tombol.
Menariknya, kendaraan dengan tinggi 1,7 meter dan lebar 5,6 meter ini mampu terbang tanpa pilot. EHang mengudara dikendalikan dari pusat kontrol di daratan yang memanfaatkan saluran transmisi nirkabel berkecepatan tinggi 4G atau 5G.
EHang butuh teknologi digital yang baik. Ini yang harus diperhitungkan agar pengoperasian EHang di Indonesia berjalan mulus.