Relevansi Tol Makin Panjang dan Mobil Gerak Roda Depan

CNN Indonesia
Rabu, 29 Sep 2021 17:52 WIB
Ilustrasi jalan tol. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia, terutama yang bebas hambatan atau tol, kini lagi masif dilakukan pemerintah buat melancarkan akses antarkota. Hal ini diduga mempengaruhi desain mobil secara garis besar karena bisa dibuat fokus ke hal lain bukan hanya untuk mengatasi rintangan jalan.

Perbaikan kualitas jalan ini mengubah strategi produsen mobil untuk pengembangan produk, salah satunya yakni semakin banyak memilih sistem gerak roda depan (Front Wheel Drive/FWD) yang lebih relevan untuk aspal mulus dan tidak banyak tanjakan dan turunan terjal.

Peralihan ini cukup masuk akal sebab sebelum jalan tol makin banyak dan panjang di Indonesia, masyarakat yang ke luar kota kebanyakan menggunakan jalan nasional dengan beragam kondisi seperti naik-turun, berkelok, bolong sana-sini, sempit, dan rute panjang.

Dulu salah satu siasat utama produsen buat mengatasi kondisi jalan seperti itu yakni mendesain mobil penggerak roda belakang (Rear Wheel Drive/RWD). Desain RWD untuk Indonesia dianggap lebih bisa diandalkan untuk mengangkut muatan dan banyak penumpang.

Namun sekarang berbeda. Seiring waktu, pembangunan infrastruktur, dan kemajuan teknologi, produsen semakin berani menawarkan mobil FWD, bahkan untuk jenis MPV dan SUV yang identik RWD. Karena fenomena itu muncul-lah pertanyaan "masih butuh mobil berpenumpang dengan sistem gerak roda belakang?".

MPV jenis FWD misalnya Mitsubishi Xpander, Suzuki Ertiga, Honda Mobilio, dan Wuling Cortez. Mobil-mobil ini muncul di pasar yang dikuasai model RWD Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia.

Tapi preferensi RWD untuk mobil di Indonesia, nampaknya bakal semakin pudar lantaran Avanza dan Xenia disebut bakal beralih ke FWD.

Kabar perubahan fundamental Avanza dan Xenia belakangan lagi jadi sorotan karena sejak meluncur pada 2003 keduanya setia mempertahankan sistem RWD.

Salah satu keunggulan FWD yakni tak menggunakan propeller shaft, jadi desain mobil, terutama di bagian kabin bisa dibuat lebih menunjang hal lain. Selain itu kemampuan FWD yang dianggap loyo di tanjakan juga bisa disiasati dengan teknologi seperti kontrol traksi.

Dipertimbangkan

Product Planning SGMW Motor Indonesia (Wuling Indonesia) Danang Wiratmoko berpendapat pengembangan jalan tol di Tanah Air bisa jadi punya andil memicu perubahan strategi Agen Pemegang Merek (APM) menentukan sistem gerak roda. Walau begitu dia bilang itu tidak sepenuhnya acuan keputusan.

"Ya pasti jadi pertimbangan pasar setempat dan kondisi infrastruktur. Tapi bukan berarti itu menjadi penentu keputusan," kata Danang saat dihubungi, Rabu (29/9).

Ia memberi contoh pengembangan produk Wuling yang sudah punya tiga mobil penumpang sejak 2017 hadir di Indonesia. Produk perdana Wuling yaitu Low MPV Confero adalah RWD, sedangkan MPV Cortez dan SUV Almaz FWD.

"Nah kalau di kami pertimbangannya kalau mengubah dari belakang ke depan berati mengganti platform keseluruhan. Jadi ada pertimbangan bahwa di China [tiga produk ini] kita proyeksi kan itu lebih cocok ke Indonesia ya sudah kami bawa [tanpa diubah sistem geraknya]," ungkapnya.

Ia mengatakan produsen melihat pengembangan produk dari banyak hal dan sudut pandang. Orientasinya bisa ke biaya desain dan produksi sampai penyesuaian kebutuhan konsumen.

"Jadi katakanlah tol sudah banyak, tapi tetap ada di daerah tertentu yang mereka masih punya kebutuhan penggerak belakang atau malah 4x4, ya mobil seperti itu tetap dikembangkan," ucap dia.

"Terus di sisi lain misal jalan tol sudah banyak, sudah rata halus aspalnya, nah itu bisa juga dikembangkan penggerak roda depan. Jadi tetap ada pertimbangan ke arah situ, tapi tetap tidak menjadi penentu keputusan," ucap Danang.

Danang bilang setiap produsen harus menentukan titik keseimbangan antara desain mobil dan kebutuhan pasar. Jika tepat dan diterima maka potensi produk dibeli masyarakat bakal semakin besar.

"Kan harus menemukan balance poin, pasar minta apa ya kita ngasihnya apa. Ini harus ketemu. Dan masing masing APM punya strategi berbeda dengan produknya," kata dia.

Tol Indonesia tambah panjang

Data menyebutkan jalan tol di Indonesia bertambah hingga 258 km pada 2020, sehingga total keseluruhan pada periode itu menjadi 2.346 km. Sedangkan pada 2019 panjang jalan tol seluruh di Indonesia 2.088 km.

Beberapa jalan tol yang rampung pada 2020 di antaranya ruas Kayu Agung-Palembang-Betung, Sigli-Banda Aceh, Pandaan-Malang seksi V, hingga Pekanbaru-Dumai. Ada juga ruas Cimanggis-Cibitung, Depok-Antasari seksi II, Manado-Bitung, dan Krian-Manyar.

Keberadaan jalan tol yang semakin bertambah dipercaya akan mempermudah masyarakat dan memangkas waktu tempuh hingga memangkas pengeluaran selama dalam perjalanan.

Pemerintah sendiri telah menargetkan waktu tempuh perjalanan (travel time) kendaraan di jalan tol Indonesia hanya 1,9 jam sampai 2,1 jam per 100 km pada 2024. Tujuannya agar biaya logistik turun dan daya saing Indonesia meningkat.

Untung rugi RWD dan FWD


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :