Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah bakal serius membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Ekosistem ini mencakup hulu dan hilir yang bertujuan membuat harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau.
"Mulai dari penambangan nikel, kemudian smelternya, refinery-nya, kemudian pembangunan industri katoda dan prekursornya, kemudian masuk ke litium baterai, EV baterainya, baterai listriknya, kemudian mobilnya," kata Jokowi di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang dalam keterangan tertulis, Rabu (8/6).
"Setelah mobilnya juga masih ada lagi tambahan, yaitu recycle baterai listriknya sehingga ini betul-betul dari hulu ke hilir semuanya dalam sebuah ekosistem besar yang ingin kita kerjakan," sambung Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga mobil listrik di Indonesia saat ini relatif tinggi, yakni di atas Rp600 juta sampai miliaran rupiah.
Ia meyakini ke depannya harga mobil listrik akan makin terjangkau seiring berkembangnya teknologi. Apalagi jika mobilnya dari hulu sampai ke hilir dibangun di Indonesia.
"Untuk pertama seperti itu karena memang harga hampir 50 persen harga dari mobil itu memang cost-nya ada di baterainya sehingga kalau nanti ketemu teknologi terbaru, harga baterainya akan makin murah, makin murah, makin murah," ujarnya.
Presiden mengatakan Indonesia punya potensi besar dalam industri kendaraan tanpa emisi sebab memiliki bahan baku utama pembuatan baterai yakni kobalt. Hal ini yang dikatakan harus dimanfaatkan.
"Apalagi dibangun di Indonesia, di tempat di mana nikelnya itu ada, kobaltnya ada, sehingga semuanya dikerjakan dari hulu sampai hilir itu akan bisa menekan cost yang paling murah sehingga kompetitif. Saya kira ini masalah teknologi saja," ungkapnya.
Saat ini sejumlah produsen kendaraan mulai merilis mobil berbasis baterai di Tanah Air. Beberapa di antaranya bahkan telah memulai untuk memproduksi mobil listrik di Indonesia, yakni Hyundai melalui Ioniq 5.
Selain Hyundai, merek China Wuling juga memastikan bakal segera merilis mobil tanpa emisi tahun ini dan produksinya dilakukan di dalam negeri.
(fea)