Skandal data emisi Hino dinilai telah mencoreng nama besar Toyota. Hino diketahui telah menjadi anak usaha Toyota sejak 2001 dan menjual truk di 90 negara, termasuk Indonesia.
Presiden Hino Satoshi Ogiso menyampaikan, ia kini telah menerima pesan dari Presiden Toyota Akio Toyoda yang menyatakan pelanggaran Hino "mengkhianati kepercayaan" seluruh stakeholder.
Toyota diketahui memiliki 50,1 persen saham Hino, namun kini saham Hino turun hampir 10 persen pada hari Selasa (2/8) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ogiso lantas berjanji akan menciptakan sistem tata kelola perusahaan yang baru dalam waktu tiga bulan, mengutip Reuters.
Di sisi lain, Hino kini telah bergabung dengan produsen Jepang lain yang bermasalah soal uji emisi. Sebelumnya, pada 2018, pemerintah Jepang menyatakan Mazda, Suzuki dan Yamaha telah melakukan uji emisi yang salah.
Subaru dan Nissan juga telah dibidik tentang alasan serupa sejak 2017.
Pembuat mobil itu mengatakan komite investigasi telah menemukan bukti pemalsuan sejak Oktober 2003. Informasi bertentangan, sebab kecurangan disebut terjadi setelah musim gugur 2016.
Kementerian Transportasi Jepang yang mencabut sertifikasi untuk mesin yang terkena dampak pada Maret, mengatakan akan melakukan penyelidikan lebih mendalam.
The Truth About Car menjelaskan Hino telah mengidentifikasi pelanggaran terkait dengan prosedur sertifikasi untuk beberapa model mesin yang tunduk pada peraturan emisi 2016.
Mesin ini antaranya A05C (HC-SCR), A09C, E13C dan sejumlah kendaraan yang dilengkapi dengan mesin tersebut. Sementara Hino juga mengidentifikasi masalah mengenai kinerja ekonomi bahan bakar dari mesin N04C (Urea-SCR).
Perusahaan juga mengatakan telah menjual setidaknya 150 ribu kendaraan yang diyakini akan ditarik kembali. Saat ini mereka telah menangguhkan penjualan lima truk dan bus di Jepang yang menggunakan mesin tersebut.
(ryh/mik)