Kendaraan listrik dianggap sebagai solusi di tengah kencangnya isu pemerintah akan menaikan harga bahan bakar minyak, terutama produk subsidi seperti Pertalite dan Solar.
Hal ini diungkap salah satu produsen kendaraan listrik di Tanah Air, Sokonindo Automobile (DFSK). Menurut DFSK, kendaraan listrik dapat mengantisipasi kenaikan harga BBM, hingga mendukung lingkungan yang bersih serta operasional lebih terjangkau.
"DFSK melihat rencana kenaikan harga BBM menjadi salah satu momok yang cukup memberatkan dunia usaha karena akan berpengaruh terhadap biaya operasional sehari-hari," kata Marketing Head Sokonindo Automobile Achmad Rofiqi melalui keterangan tertulisnya, Jumat (2/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi ini bisa saja dihindari, dan bahkan menekan biaya operasional usaha melalui DFSK Gelora E yang 100 persen menggunakan teknologi Battery Electric Vehicle (BEV)," sambung dia kemudian.
Rofiqi sedikit memberi gambaran mengenai hitung-hitungan biaya operasional kendaraan listrik. Ia bilang penggunaan mobil tanpa emisi DFSK hanya membutuhkan sekitar Rp200 per kilometer.
Angka ini tidak didapat jika masyarakat masih mengandalkan bensin sebagai sumber utama operasional kendaraan.
"DFSK Gelora E cukup membutuhkan biaya energi sebesar Rp200 per kilometer, atau setara dengan 1/3 dari biaya operasional kendaraan komersial konvensional," kata dia.
Sebelumnya kabar kenaikan harga bahan bakar subsidi Pertalite dan Solar sudah santer bergema 1-2 pekan terakhir karena lonjakan subsidi energi membengkak berlipat-lipat.
Lihat Juga : |
Pemerintah kemudian disebut akan mulai mengeksekusi harga baru khususnya Pertalite dan Solar pada 1 September 2022. Namun hal tersebut tidak terjadi.
Operator pelat merah Pertamina justru menurunkan harga bahan bakar non subsidi Pertamax Turbo Rp2.000 per liter menjadi Rp15.900 per 1 September 2022.
Tak cuma itu, Dexlite dan Pertamina Dex juga turun masing-masing Rp700 per liter dan Rp1.500 per liter menjadi Rp17.100 untuk Dexlite dan Rp17.400 untuk Pertamina Dex.
(ryh/fea)