PLN meyakini peralihan masyarakat ke kendaraan listrik akan terjadi alamiah karena kelebihannya dibutuhkan 'pasar'.
Dibanding kendaraan konvensional berbasis bahan bakar, kendaraan listrik tak menghasilkan polusi gas jadi lebih ramah lingkungan saat digunakan.
Selain itu kendaraan listrik juga cenderung lebih sunyi, sangat minim getaran, murah biaya operasional dan lebih sedikit penggantian komponen sebab salah satunya tak butuh oli mesin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan seluruh kelebihan kendaraan berbasis listrik ini, pergeseran mobil dan motor akan berjalan secara alamiah, karena market membutuhkannya," kata Darmawan usai menyerahkan Renewable Energy Certificate (REC) ke Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (6/9).
Menurut Darmawan berdasarkan informasi dari industri otomotif, pemesanan mobil listrik sekarang butuh masa inden sampai tiga bulan. Kata dia itu artinya masyarakat cukup tinggi.
Dia mengomparasi kendaraan konvensional disebut butuh biaya Rp15 ribu per liter, sedangkan kendaraan berbasis listrik sekitar Rp2.000 per liter.
Darmawan juga mengomentari tentang emisi karbon sekitar 2,4 kg per liter bensin dari kendaraan konvensional. Kendaraan listrik juga diungkap menghasilkan emisi karbon sebab sumber pasokan listriknya dihasilkan dari batu bara.
"Sementara per liter listrik emisi karbonnya hanya sekitar 1,2 kg, turun 50 persen, itu kalau listriknya dari batu bara. Tapi listrik kami sudah berbasis kepada energi baru terbarukan (EBT) yang porsinya akan terus meningkat, tentu saja penurunannya jauh lebih drastis seiring berjalannya waktu," jelas Darmawan.
Kendaraan listrik tak semuanya soal kelebihan tetapi ada juga masalahnya. Misalnya butuh penyesuaian kebiasaan untuk transisi ke kendaraan listrik, selain itu kendaraan listrik tak bisa digunakan terlalu jauh lantaran jaringan SPKLU belum rapat dan pengecasan butuh waktu berjam-jam.
Selain itu ada pula masalah limbah baterai dan potensi harga unit bekas yang bakal terpuruk karena harga baterai terlalu mahal.
Darmawan menjelaskan pihaknya punya tugas membangun ekosistem kendaraan listrik, namun dia menegaskan PLN tak bisa bergerak sendiri.
Soal SPKLU, dia menyebut perlu menggandeng pihak ketiga seperti pihak ketiga seperti perbankan, perkantoran, mal, atau bahkan kedai-kedai kopi.
"Agar pembangunan SPKLU tidak hanya dari PLN saja. Lahan kami tidak banyak, tidak cukup, tidak strategis, tapi pihak-pihak ketiga itu punya dan bisa diajak kerja sama," katanya.
Saat ini PLN sudah memberikan fasilitas buat pengguna kendaraan listrik, salah satunya diskon tarif listrik buat pengecasan di rumah.
"Itu kan setiap pembelian terpasang home charging, kami hubungkan dengan sistem kami, dipantau dan setiap jam 22.00 hingga 6.00 kami lakukan diskon 30 persen," ujar Darmawan.
(fea)