Sementara itu Direktur Program Indef Esther Sri Astuti menilai pembangunan infrastruktur pengisian baterai mobil listrik di Indonesia perlu digenjot supaya konsumen merasa nyaman berkendara.
"Siapkan infrastruktur agar masyarakat lebih senang menggunakan mobil listrik," kata Esther.
Di satu sisi, Esther meyakini infrastruktur bukan hanya faktor penentu masyarakat beralih dari menggunakan mobil konvensional ke mobil berbasis baterai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata dia, masyarakat perlu dirangsang dari sisi lain, misal subsidi maksimal supaya harga kendaraan listrik dapat lebih ditekan.
Untuk diketahui saat ini mobil listrik memang tersedia dari beragam lini dan kelas. Harga paling murah saat ini berada pada produk Wuling Air EV dengan bandrol di bawah Rp300 juta.
Lihat Juga : |
Air EV merupakan mobil listrik dengan kapasitas empat orang yang memiliki dimensi terbilang kecil sehingga tidak mampu mengakomodir rata-rata kebutuhan masyarakat.
"Beri subsidi untuk beli Mobil listrik agar harga Mobil listrik lebih murah dari harga mobil berbahan bakar fossil," tutur Esther
"Lalu subsidi ini tidak hanya untuk konsumen, tapi juga ke produsen sehingga mereka bisa memproduksi mobil listrik lebih banyak dengan harga yang lebih murah," ujarnya menambahkan.
Selain itu ia ingin agar konsumen juga diberikan kemudahan dalam perawatan kendaraan listrik seperti ketersediaan suku cadang terjangkau.
Masalah lain yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya mengesahkan tiga tipe colokan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) bagi kendaran bermotor listrik (KBL) berbasis baterai.
Ketiganya tipe colokan itu terdiri dari Type 2 AC Charging, DC Charging CHAdeMo, dan DC Charging Combo Type CCS2. Setiap merek memiliki model colokan berbeda yang harus dipenuhi pemerintah di setiap SPKLU supaya konsumen lebih percaya diri saat beraktivitas pakai mobil listrik.