Pemerintah memunculkan wacana memberikan subsidi sebesar Rp6,5 juta untuk setiap pembelian satu unit motor listrik baru dan konversi motor listrik.
Skema subsidi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan penjualan motor listrik di Indonesia. Apalagi, pemerintah menargetkan 13.469.000 motor listrik mengaspal di Tanah Air pada 2030.
Kendati demikian, wacana tersebut tak terlalu disambut hangat oleh publik. Pasalnya, publik masih bimbang dengan masa depan ekosistem motor listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang warga, Mahesa Bismo (32), mengaku wacana subsidi tersebut belum menggerakkan dirinya untuk membeli motor listrik. Bismo menilai, motor listrik masih 'barang baru' di Indonesia dengan infrastruktur yang belum memadai.
"Karena barangnya masih barang yang relatif baru, jadi infrastrukturnya belum memadai aja sih ketika harus ganti (motor bertenaga) baterai," kata Bismo.
Menurut Bismo subsidi di awal juga masih belum menjamin warga beralih ke motor listrik. Ia menilai, seharusnya pemerintah dapat mengalokasikan dana subsidi itu untuk membangun infrastruktur motor listrik, mulai dari hulu ke hilir.
Alasan lainnya, saat ini pasar motor listrik masih diramaikan oleh produsen-produsen lokal dan China. Sementara, produsen-produsen besar seperti Yamaha maupun Honda belum main di sektor motor berbasis baterai ini.
"Kalau masih sebatas motor-motor China yang keluar sekarang masih belum terlalu percaya sama brand-nya juga," paparnya.
Senada dengan Bismo, Zulfikri Syatria (30) juga mengaku belum tertarik untuk beli motor listrik, meski telah diiming-imingi subsidi Rp6,5 juta.
Ia mempertimbangkan soal infrastruktur pendukungnya yang belum terlalu memadai untuk memiliki unit motor listrik.
"Kalau gue, ada atau enggak ada subsidi kayaknya enggak beli dalam waktu dekat sih. Mempertimbangkan kemudahan buat isi listriknya, enggak segampang isi bensin," kata Zulfikri.
"Bengkel dan sebagainya juga kayaknya belum banyak," kata dia menambahkan.
Sementara, Putri Annisa (29), warga lainnya mengaku tertarik membeli motor listrik setelah mendengar rencana subsidi Rp6,5 juta. Hal ini bahkan sudah ia diskusikan dengan sang suami.
"Sebenarnya mau sih. Kemarin juga udah diskusi sama suami, dia mau beliin," ujar Putri.
Namun, ada pelbagai pertimbangan yang membuatnya ragu beli unit motor bertenaga baterai itu. Salah satunya kapasitas daya di rumah yang belum memadai apabila harus mengisi ulang baterai dari motor listrik.
"Masih harus nambah daya, kalau enggak nanti jeglek pas nge-charge. Tapi, nambah daya takutnya ribet, terus jadi konsumtif karena pasti mau beli alat listrik yang lain," jelas dia.
Harry Muthaharri (30), warga Tangerang Selatan juga mengaku tertarik membeli motor listrik setelah mengetahui ada rencana subsidi dari pemerintah.
"Penuh pertimbangan, tapi cenderung mau. Karena motor listrik lebih hemat," jelas Harry.
Kendati begitu, Harry juga masih bimbang apakah infrastruktur pendukungnya sudah siap apabila dirinya jadi membeli motor listrik.
"Tapi minusnya, sementara mungkin kurang bisa digunakan untuk keperluan yang sifatnya dadakan. Karena motor listrik butuh di-charge, kecuali udah ada battery swapping station yang banyak," paparnya.