APM Buka Suara Soal Riset Kendaraan Listrik RI Terhambat
Sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) buka suara tentang riset yang menyebut pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia terhambat.
Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM), menilai saat ini pengembangan kendaraan listrik di Indonesia justru sudah sesuai jalur. Ini tercermin dari mulai banyaknya merek yang meluncurkan berbagai kendaraan elektrifikasi.
"Kami rasa sekarang Indonesia sudah on track ya terkait perkembangan industri kendaraan elektrifikasi," kata Anton saat dihubungi, Selasa (7/2).
Anton juga mengungkap penjualan kendaraan elektrifikasi pada 2022 mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan data wholesale Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan EV mencapai 20.681 unit, naik sekitar 545 persen dibanding 2021 yang hanya mampu menjual 3.205 unit.
Penjualan itu disumbang dari kategori EV, yakni mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV), hybrid electric vehicle (HEV), dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).
Anton mengatakan penjualan kendaraan elektrifikasi Toyota juga meningkat 130 persen dari level 1.800-an unit pada 2021 ke 4.300-an unit tahun lalu.
Lebih lanjut Anton mengatakan Toyota dalam hal pengembangan kendaraan elektrifikasi menggunakan strategi multi-pathway yang disiapkan untuk menjangkau multisegmen dengan mengadopsi pelbagai teknologi.
"Tujuannya, demi menghadirkan opsi kendaraan elektrifikasi yang luas, yang bisa menyesuaikan kebutuhan mobilitas masyarakat yang berbeda-beda," jelas Anton.
"Karena yang penting, ialah kita bisa memfasilitasi lebih banyak kebutuhan mobilitas masyarakat, dengan tujuan semua bisa tetap bermobilitas sembari berkontribusi terhadap lingkungan," ujarnya menambahkan.
Anton menambahkan ke depan, pabrikan asal Jepang itu berencana terus menambah deretan mobilnya ke lebih banyak segmen dengan mengadopsi beragam teknologi yang cocok untuk segala kebutuhan masyarakat Indonesia.
Honda Prospect Motor (HPM) turut merespons hasil riset tersebut. Yusak Billy, Business Inovation and Sales & Marketing Director HPM mengatakan prinsipal Honda di Jepang sudah memiliki visi global untuk mencapai elektrifikasi penuh pada 2040.
Yusak mengatakan dengan visi tersebut Honda Indonesia tentu akan mengikuti perkembangan EV di Indonesia sejalan dengan regulasi pemerintah.
"Penerapannya di Indonesia tentu akan sejalan dengan regulasi pemerintah, perkembangan infrastruktur dan kebutuhan konsumen," kata Yusak.
Ia memastikan ke depan Honda terus mendukung beragam kebijakan dan ketentuan pemerintah untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan di Tanah Air.
"Yang pasti kami terus mendukung rencana pemerintah dengan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan infrastruktur saat ini," ujarnya.
Merek lainnya, Mitsubishi mengaku sudah memulai langkah serius menuju era elektrifikasi di Indonesia. Menurut Intan Vidiasari, GM of Marcomm & PR PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) menyebut langkah ini bahkan telah dimulai sejak 2019.
"Mitsubishi Motors sudah memulai langkah serius menuju era elektrifikasi di Indonesia sejak tahun 2019 lalu pada saat Outlander PHEV, yang merupakan kendaraan SUV PHEV pertama di dunia diluncurkan di Indonesia," ungkap Intan.
Menurut dia Indonesia bahkan menjadi negara ASEAN pertama yang memasarkan Outlander PHEV.
Intan mengatakan Mitsubishi ke depan juga segera menyusul perkembangan pasar kendaraan elektrifikasi di Indonesia. Pasalnya, Mitsubishi menganggap Indonesia merupakan pasar strategis terpenting mereka.
"Sejumlah line-up baru juga akan diperkenalkan untuk dapat memperluas pasar di Indonesia, termasuk fokus ke elektrifikasi yang rencananya kembali didorong pada tahun 2023 ini," jelas dia.
"Sejak tahun 2022, MMKSI juga telah melakukan market study untuk model Minicab MiEV, EV light commercial vehicle Mitsubishi Motors, bersama beberapa pihak partner di Jakarta dan Bali, untuk dioptimalkan sebagai kendaraan logistik," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, riset yang dilakukan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menemukan pengembangan EV di Tanah Air belum sesuai arah bisnis para pemain industri otomotif.
Laporan IEEFA ini juga menyoroti produsen yang menguasai 92 persen kendaraan roda empat, yakni Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan Daihatsu.
Sementara, penguasa pasar roda dua di Indonesia, Honda dan Yamaha dinilai belum terlalu serius melihat perkembangan motor listrik di dalam negeri.
Hasil riset IEEFA merujuk pada target agresif yang ditetapkan Indonesia dengan 13 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik pada 20230. Namun, realisasi itu masih tertinggal dari beberapa negara tetangga ASEAN lainnya.
(dmr/fea)