Sebanyak 20 titik di Jakarta sudah dipasangi lampu merah berteknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Lokasinya tersebar di berbagai kota administrasi, mulai dari Jakarta Utara hingga Selatan.
"Jadi ada 20 simpang yang sudah menerapkan prinsip AI dengan intelijen transport sistem di traffic light," kata Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo, Minggu (2/7), melansir laman NTMC Polri.
Pemasangan teknologi AI di lampu merah ini hasil kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Google Inc. Kedua pihak telah menandatangani MoU proyek yang dinamakan Green Light pada November 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang menerapan teknologi ini. Sebelumnya, Green Light sudah diaplikasikan di India dan dapat mengurangi kemacetan sampai 20 persen.
Lalu, bagaimana cara kerja lampu merah yang sudah dipasangi kecerdasan buatan ini?
"Mereka (Google) analisis terhadap situasi kondisi di simpang-simpang yang kepadatannya tinggi. Kemudian dari hasil analisis itu mereka akan berikan masukan ke kami untuk kemudian kami lakukan pengaturan dari traffic light yang ada di simpang," kata Syafrin beberapa waktu lalu.
Menurut Syafrin data dari Google itu yang nantinya akan digunakan untuk mengatur ulang traffic light di beberapa titik.
AI itu bakal mendeteksi jalur mana yang volume kendaraannya lebih padat. Ia mencontohkan lampu hijau akan diprioritaskan atau menyala lebih lama di jalur yang lebih padat.
"Misalnya Utara-Selatan, paginya Selatannya padat, maka otomatis sistem akan menghitung memberikan waktu paling panjang di kaki sisi Selatan karena titiknya menuju ke arah sana," jelas Syafrin.
"Demikian sore hari misalnya, ternyata dari Utara yang padat menuju Selatan, maka kaki simpang sisi Utara akan diberikan waktu lebih panjang, sehingga antrean di simpang bisa dihindari," imbuhnya.
Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Emanuel Kristanto mengatakan teknologi AI akan menganalisis volume lalu lintas di persimpangan. AI kemudian akan merekomendasikan durasi lampu hijau yang paling optimal di masing-masing jalur persimpangan.
"Secara garis besar Google akan menggunakan teknologi AI mereka untuk menganalisa volume lalin di persimpangan dan merekomendasikan waktu nyala hijau yang optimal di masing-masing kaki persimpangan," jelas Emanuel.
Data tersebut kemudian dikirimkan ke Dishub DKI dan selanjutnya ditindaklanjuti di lapangan. Melalui teknologi ini, diharapkan lampu lalu lintas akan menyesuaikan ruas jalan yang perlu diberi durasi lebih panjang lampu hijaunya menyala sehingga kepadatan volume kendaraan dapat terurai.
Yossi Matias, VP of Engineering and Research Google mengatakan lewat proyek ini tim peneliti Google akan memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan pengaturan waktu lampu merah guna mengurangi lalu lintas yang tersendat. Hal itu berdasarkan data lalu lintas anonim dan data mobilitas masyarakat berbasis Android yang diolah oleh kecerdasan buatan.
"Project Green Light menggunakan AI untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di persimpangan di seluruh dunia, guna membantu meminimalkan kemacetan dan polusi yang ditimbulkannya," ujar Yossi.
"Dengan menggunakan teknologi AI kami, diharapkan inisiatif ini akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan membuat aktivitas berkendara jadi lebih aman dan menyenangkan di Jakarta," lanjutnya.
Google akan menganalisis data lokasi anonim dari sistem navigasi mereka. Kemudian, Google menghitung metrik arus lalu lintas di setiap persimpangan. Dari hasil penghitungan tersebut, Google akan memberikan rekomendasi kepada kota terkait.
"Teknologi AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan," kata Yossi.
(dmr/dmr)