Kontroversi Nikuba Dilirik Luar Negeri Usai Diragukan di Rumah Sendiri

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jul 2023 07:30 WIB
Nikuba, teknologi yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan memicu kontroversi.
Nikuba, teknologi yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan memicu kontroversi. (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nikuba, teknologi yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan memicu kontroversi di dalam negeri tetapi temuan Aryanto Misel ini disebut mendapat perhatian khusus dari pabrikan otomotif asal Italia.

Nikuba yang sebelumnya sempat viral pada Mei 2022 merupakan akronim dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Sebelum namanya mendunia, Nikuba dipasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Siliwangi dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut.

Penemu Nikuba Aryanto Misel mengatakan alat tersebut mempunyai cara kerja sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa menjalankan kendaraan bermotor.

Setelahnya, Nikuba memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang terpisah dari O2 itu selanjutnya masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM.

Hasil uji coba membuktikan hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.

Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deni Shidqi Khaerudini mengatakan Nikuba sebetulnya bukan temuan baru. Bahkan kata dia, sebetulnya sebelum ada Nikuba, alat seperti itu sudah diperjualbelikan.

"Sebetulnya model ini sudah lama, ini berulang. Sifatnya fuel saver, ini bukan barang baru dan konsepnya ada di ilmu dasar fisika dan kimia," kata Deni.

Menurut Deni Nikuba juga berbeda dari teknologi fuel cell pada kendaraan buatan produsen otomotif dunia seperti yang terpasang di Toyota Mirai atau Honda Clarity.

Fuel cell merupakan perangkat yang menghasilkan listrik melalui reaksi elektrokimia, bukan pembakaran. Pada fuel cell, hidrogen dan oksigen digabungkan buat menghasilkan listrik, panas dan air.

Deni juga meragukan klaim satu liter air pada kendaraan yang sudah terpasang Nikuba untuk menempuh jarak ratusan kilometer dari Cirebon ke Semarang itu.

"Ini beda dengan mobil buatan Honda Clarity dan Toyota Mirai yang menggunakan fuel cell. Dan tidak mungkin 1 liter air dipakai untuk menempuh 237 km jarak dari Cirebon ke Semarang," kata Deni.

Deni menjelaskan konsep yang dipakai Nikuba menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.

Menurutnya HHO bukan sebagai pengganti, melainkan berfungsi menjadi penghemat bahan bakar.

"Jadi bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik," urai Deni.

Deni menambahkan agar bisa mengklaim Nikuba menghasilkan kinerja sebagai pengganti BBM harus ada data yang membenarkan jika Hidrogen terpakai adalah gasnya.

"Kalaupun murni Hidrogen, sistem pembakaran di mobil dan motor tidak mendukung. Hidrogen gasnya kecil sehingga tidak cocok dengan sistem pembakarannya. Sekali lagi, ini bukan teknologi baru," ucap dia.

Senada dengan Deni, Pakar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim kecanggihan Nikuba. Nur mengatakan Nikuba tidak berpengaruh signifikan terhadap kendaraan.

"Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan," kata Nur saat itu.

"Kemudian dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan," lanjut Nur.

Pabrikan otomotif Italia disebut terpincut Nikuba

Riuh mengenai Nikuba sempat mereda setelah sempat viral pada 2022. Namun, Nikuba mencuat lagi setelah TNI AD mengklaim ada pabrikan otomotif asal Italia terpincut dengan teknologi ini.

Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo mengatakan salah satu pabrikan asal Italia sempat mengunjungi Cirebon untuk melihat langsung inovasi ini. Namun, ia tidak menyebut secara rinci pabrikan otomotif dari Itala mana yang tertarik dengan penemuan Aryanto.

Kelanjutan kunjungan orang Italia ke Cirebon, Aryanto kemudian berangkat ke Kota Milan untuk mempresentasikan temuannya.

Bahkan, menurut Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Kolonel Inf Adhe Hansen pihak penyedia energi dari pabrikan otomotif telah mengadakan perjanjian kerja sama dengan Nikuba.

"Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini," ujar Adhe, mengutip Detik.

Namun demikian, sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari pihak Ferrari maupun Lamborghini Italia mengenai klaim tersebut.

Perlu riset lebih lanjut

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko turut merespons kontroversi Nikuba. Ia mengaku sudah mengetahui temuan alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan asal Cirebon itu sejak 2022.

Handoko mengatakan pihaknya juga sudah mengirim tim untuk melihat lebih jauh karya tersebut.

"Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan," kata Handoko.

Handoko mengatakan BRIN siap memfasilitasi seluruh komunitas periset Tanah Air, baik tingkat universitas hingga perorangan seperti Aryanto yang menemukan Nikuba.

"Secara prinsip setelah ada BRIN semua fasilitas kami sediakan untuk seluruh komunitas periset, baik itu di kampus termasuk juga komunitas atau individu seperti yang mengembangkan Nikuba itu," kata dia.

Ia menyebut pengembangan Nikuba menjadi salah satu yang didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah. Dengan begitu segala penyempurnaan atas temuan anak bangsa ke depan mampu dilakukan secara bersama.

"Itu salah satu yang sedang kami ajak supaya bisa dibuktikan secara saintis. Itu dulu yang nomor satu, sehingga Kalau ada penyempurnaan ya sempurnakan bersama-sama. Karena Nikuba itu kan basic-nya hidrogen, bahan bakar berbasis hidrogen," kata dia.

Menurutnya semua pihak harus berhati-hati jika mengerjakan sebuah temuan berbasis ilmiah.

"Kalau di science kita harus berhati-hati, kita lihat bersama-sama, lakukan pengembangan sampai terbukti secara saintifik di komunitas ilmiah. Tapi kami dukung," kata dia.

(dmr/dmr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER