Hyundai Motor Company melirik bisnis transportasi angkutan udara perkotaan (urban air mobility) demi mengatasi masalah transportasi yang terjadi di sejumlah negara belakangan ini.
AAM Business Planning and Execution Team Hyundai Motor Company Hyong Jun Kim mengatakan fokus bisnis baru itu digarap dengan melihat permasalahan transportasi, kemacetan lalu lintas, polusi udara, polusi suara dan kecelakaan lalu lintas di kota besar sejumlah negara dunia belakangan ini.
Salah satu contoh kota yang ia sebut punya masalah itu adalah Jakarta. Ia menyebut dengan populasi Jakarta yang tembus 10 juta orang lebih pada saat ini, masalah itu cukup mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun pernah mengalaminya sendiri.
"Saya berada di Jakarta 3 tahun lalu. Saya keluar dari hotel jam 08:00 pagi sejauh 6 kilometer ke Stadion Nasional karena ada pertandingan Asia di sana. Tapi saya butuh waktu 40 menit di sana dan itu menyiksa, saya berdoa seperti ini, 'hei, saya harus pergi ke kamar mandi sekarang, tapi saya tetap tidak bisa keluar karena kemacetan mobil. Ini masalah'," katanya di Seoul, Rabu (13/7).
Ia mengatakan kalau itu tak segera diatasi dengan alternatif transportasi baru, 15 tahun ke depan bukan tidak mungkin masalah itu akan meningkat dua kali lipat.
Ia mengakui menjalankan bisnis transportasi udara bukan sebuah pekerjaan mudah. Apalagi hingga saat ini belum ada satu perusahaan pun yang mengembangkan sistem transportasi semacam ini di dunia.
Selain itu katanya, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sistem transportasi udara perkotaan. Masalah pertama berkaitan peraturan.
"Kami terikat dengan peraturan, seperti jika ada kota yang di atasnya tidak bisa diterbangi, maka itu menjadi masalah," katanya.
Masalah kedua, berkaitan dengan integrasi wilayah udara. Masalah ketiga, tingkat kebisingan.
Ia mengatakan saat ini sebetulnya sudah ada sarana transportasi udara seperti helikopter untuk memudahkan masyarakat di perkotaan besar seperti Jakarta untuk berpergian dari satu titik ke titik lain.
Tapi katanya, helikopter masih terlalu berisik. Ia mengatakan masyarakat pasti tidak bisa membayangkan jika dalam satu hari ada lebih dari seratus helikopter yang melintas di atas kepala mereka jika sistem transportasi udara seperti itu tetap dijalankan.
"Level kebisingan helikopter maksimal 87 desibel pada ketinggian 500 kaki, dan produk UAM harus lebih rendah dari itu. Ini adalah salah satu masalah bagi kami," katanya.
Tak hanya berisik, secara harga helikopter sekarang ini juga masih belum bisa bersahabat dengan kantong kebanyakan orang.
Masalah keempat, keamanan. Ia mengatakan walaupun sampai dengan saat ini tingkat keamanan transportasi udara menjadi yang paling rendah tingkat kecelakaannya, Hyundai tetap memperhatikan masalah itu supaya kenyamanan dan keamanan masyarakat tetap terjaga.
Meskipun menghadapi banyak tantangan, Hyundai bertekad akan menghadapinya. Terlebih katanya, potensi cuan dari bisnis ini cukup luar biasa.
Perhitungannya, ukuran pasar transportasi udara perkotaan bisa tumbuh menjadi US$1,5 triliun pada tahun 2040 atau menjadi yang tercepat dari seluruh sektor industri apa pun yang ada di dunia.
"Jadi melihat itu dan sejarah kami yang ringkas sekali filosofinya, 'tantangan', kami akan hadapi," katanya.
(agt/fea)