Kepala Korps Lalu Lintas Polri Firman Santyabudi menjelaskan mengapa ujian praktik SIM C untuk sepeda motor berupa angka 8 dan zig-zag diperlukan. Dia mengatakan tujuannya agar masyarakat yang memiliki SIM C adalah orang-orang terlatih.
Kedua materi ujian praktik itu sempat dikeluhkan masyarakat. Bahkan Kapolri Listyo Sigit Prabowo juga sempat menyinggungnya bulan lalu dengan mengatakan itu menyulitkan dan tak semua orang bisa lulus termasuk anggota kepolisian, lalu dia menyindir jika lulus pasti bisa menjadi pemain sirkus.
Listyo meminta pada Kakorlantas mengevaluasi ujian angka 8 dan zig-zag, masih relevan atau tidak. Dia tidak mau ujian praktik dianggap untuk menyulitkan dan ujung-ujungnya ada praktik 'di bawah meja'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin dari masyarakat itu sesuatu yang sulit. Padahal bertahun tahun kan itu materinya. Tapi pak Kapolri menyampaikan untuk evaluasi, masih relevan atau tidak," kata Firman di Jakarta, Jumat (28/7).
Menurut Firman pihaknya sudah mengumpulkan beberapa literatur untuk studi. Beberapa negara dikatakan masih ada yang memakai ujian angka 8 dan ada pula yang hanya memakai huruf S (zig-zag) seperti di Singapura.
"Kenapa perlu ada ini? Di jalan itu, daerah yang berbahaya. Naik motor, mobil, di situ ada kecepatan, kulit dan daging ketemu aspal. Jadi mengapa ditentukan orang yang berkendara itu orang tertentu yang diberikan izin," ucap Firman.
Hingga saat ini kedua ujian itu dalam tahap studi. Firman juga bilang masih meminta masukan dari masing-masing wilayah dan kemungkinan bisa dilakukan perubahan.
"Jadi mungkin bisa saja layout-nya yang kita ubah. Jadi yang tadinya orang melihat lapangan sudah ada traffic cone ini, orang trauma. Mungkin jadi seperti taman lalu lintas, barang kali. Bisa saja," ujar dia.
"Namun yang penting, tuntutan kemampuan tertentu masyarakat ini, tolong masyarakat juga paham bahwa itu untuk kepentingan mereka saat di jalan," katanya lagi.
(ryh/fea)