Penelitian: Polusi Udara Ban Mobil Lebih Berbahaya dari Knalpot

CNN Indonesia
Senin, 28 Agu 2023 16:00 WIB
Berdasarkan penelitnan Emissions Analytics, partikel berbahaya yang dikeluarkan ban mobil lebih banyak dari knalpot.
Berdasarkan penelitnan Emissions Analytics, partikel berbahaya yang dikeluarkan ban mobil lebih banyak dari knalpot. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ban mobil menghasilkan polusi partikel ke udara 2.000 kali lebih banyak dari yang dikeluarkan knalpot mobil-mobil modern menurut penelitian independen yang dikerjakan Emissions Analytics.

Partikel ban itu, yang dilepaskan saat bergesekan dengan permukaan jalan, mencemari udara, air dan tanah serta mengandung berbagai senyawa beracun termasuk karsinogen yang bisa menimbulkan kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini juga mengungkap ban menghasilkan lebih dari 1 triliun partikel ultrahalus setiap perjalanan sejauh 1 km. Partikel-partikel ini lebih kecil dari 23 nanometer yang berarti bisa masuk ke organ melalui aliran darah.

Partikel jenis ukuran ini sulit diukur dan hingga sekarang belum diatur melalui regulasi di Amerika Serikat dan Eropa.

"Ban secara cepat melampaui knalpot sebagai sumber utama emisi kendaraan. Pipa knalpot sekarang sangat bersih dari polutan sehingga jika Anda memulai dari awal, Anda tidak akan repot-repot meregulasinya," kata Nick Molden dari Emissions Analytics, diberitakan The Guardian pada Juni 2022.

Berdasarkan data Emissions Analytics, ban baru mengeluarkan 73 miligram partikel per km, sedangkan ban bekas 36,5. Knalpot mobil saat dites ketika digunakan menghasilkan 0,02 miligram partikel per km, sebagai perbandingan batas maksimal regulasi Eropa menetapkan 4,5 miligram partikel per km.

"Kami menemukan jumlah material yang dilepaskan ke lingkungan dalam jumlah sangat besar - 300.000 ton karet di Inggris dan AS, hanya berasal dari mobil setiap tahunnya," kata Molden.

Hingga sekarang tak ada regulasi tentang tingkat keausan ban dan cuma sedikit yang mengatur tentang bahan kimia yang boleh dikandungnya.

Emissions Analytics juga menyimpulkan bahwa bahan kimia yang ada di 250 jenis ban berbeda umumnya terbuat dari karet sintetis yang berasal dari minyak mentah.

"Ada ratusan bahan kimia, banyak di antaranya bersifat karsinogenik. Saat Anda mengalikannya dengan total tingkat keausan, Anda akan mendapat angka mengejutkan atas apa yang dilepaskan," ujar Molden.

Menurut Molden dampak buruk ban mobil pada lingkungan bisa dilakukan dan biayanya tergolong rendah.

"Anda bisa melakukan banyak hal dengan menghilangkan ban yang paling beracun. Ini bukan tentang menghentikan seseorang mengemudi atau harus menciptakan ban jenis baru yang benar-benar berbeda," ucap Molden.

"Jika Anda bisa menghilangkan bagian terburuknya dan mungkin membuatnya setara jenis terbaik di kelasnya, maka Anda bisa membuat perbedaan besar. Namun saat ini tidak ada alat regulasi, tidak ada pengawasan," ujar dia lagi.

Pengujian Emissions Analytics dilakukan pada 14 merek ban berbeda menggunakan Mercedes-Benz C-Class yang dikendarai normal di jalan raya.

Timbangan presisi tinggi digunakan buat mengukur berat yang hilang dari ban dan terdapat sistem pengumpul partikel di belakang ban yang bekerja saat mobil digunakan. Partikel itu kemudian dinilai berdasarkan massa, jumlah dan ukuran hingga 6 nanometer.

Sedangkan pengukuran emisi gas buang dilakukan memakai empat SUV mesin bensin yang populer saat ini, produksi 2019 hingga 2020.

Ban lebih banyak mengeluarkan partikel berukuran kecil ketimbang partikel ukuran besar. Partikel kecil itu, yang mewakili 11 persen partikel berdasarkan berat, bisa mengudara karena ukurannya, dan berkontribusi pada pencemaran udara.

Meski demikian ban tetap menghasilkan partikel udara yang beratnya ratusan kali lebih banyak dibanding gas buang knalpot.

(fea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER