Toyota Anggap Tak Semua Konsumen Indonesia Mau Beli Mobil Listrik
Toyota menganggap mobil listrik berbasis baterai belum menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini merespons mulai menjamurnya mobil listrik 'murah' yang berasal banyak merek termasuk China.
Awalnya mobil listrik di Indonesia dikenal harganya mahal hingga miliaran rupiah. Namun sejak tahun lalu mulai bermunculan mobil listrik beragam model yang harganya semakin murah, bahkan sampai di bawah Rp200 juta.
Saat ini mobil listrik harga terjangkau pilihannya ada Seres E1 Rp189 juta - Rp219 juta, Wuling Air EV Rp188,9 juta - Rp299,5 juta, Neta V Rp379 juta dan DFSK Gelora E Rp350 juta - Rp399 juta. Selain itu juga ada Hyundai Ioniq 5 yang banderolnya mulai Rp700 jutaan.
Pada sisi lain, Toyota, merek mobil terlaris di Indonesia, strategi elektrifikasinya tidak mengerucut hanya pada mobil listrik. Saat ini Toyota lebih banyak menjual mobil hybrid ketimbang mobil listrik.
Mobil hybrid Toyota yakni Innova Zenix, Alphard, RAV4, Corolla Cross, Altis dan Camry. Sedangkan mobil listrik saat ini cuma ada satu, yaitu bZ4x seharga Rp1,1 miliar.
"Apakah memang semua customer di Indonesia mau membeli mobil listrik? Saya rasa belum. Sebagian, beberapa persen, mungkin iya," kata Anton Jimmy, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM) di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jumat (15/9).
Atas dasar itu Anton menuturkan Toyota memilih menghadirkan berbagai macam pilihan mobil elektrifikasi seperti hybrid dan plug in hybrid, tidak hanya mobil listrik berbasis baterai.
"Makanya kami menyediakan juga mobil listrik dan pilihan-pilihan lainnya juga. Target kami kepada seluruh masyarakat Indonesia," ungkap Anton.
Mobil listrik yang belum menjadi pilihan utama masyarakat sebelumnya sempat diamini Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan pembeli mobil listrik saat ini belum menjadikan kendaraan tersebut sebagai moda transportasi utama. Mereka juga rata-rata bukanlah pembeli pertama alias first time car buyer.
Pemilik mobil listrik juga dirasa masih memiliki kendaraan berbahan bakar minyak sebagai kendaraan utama.
"Tetap ini bukan first time buyer, mereka adalah konsumen yang sudah punya lebih dari satu kendaraan roda empat atau lebih, jadi ini alternatif bagi mereka," kata Kukuh.
Kendati begitu, Kukuh tak menampik populasi mobil listrik berbasis baterai di Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun. Ambil contoh perbandingan dalam tiga tahun terakhir yaitu 2021, 2022 dan Januari - Juli 2023.
Menurut data Gaikindo, penjualan mobil listrik 2021 hanya 687 unit, namun melonjak menjadi 10.327 unit pada 2022. Sedangkan periode Januari - Juli 2023 telah terjual 6.920 unit.