Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia mengalami kendala ekspor mobil Completely Built Up (CBU) buatan Indonesia ke Meksiko.
Menurut Airlangga karena Indonesia belum memiliki Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan TransPasifik (CPTPP) danFree Trade Agreement(FTA) di kawasan tersebut.
"Ada cara untuk bagaimana kita bisa masuk untuk pasar yang lebih luas di negara-negara Amerika Latin, antara lain pemerintah sedang mempelajari CPTPP, karena CPTPP akan membuka pasar seluruhnya di Amerika Latin," kata Airlangga di Tangerang, Banten, Rabu (19/10), mengutip Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CPTPP merupakan sebuah perjanjian dagang antara Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam.
Lihat Juga : |
Airlangga menjelaskan negosiasi perjanjian bilateral antara Indonesia dan Meksiko akan terus didorong.
"FTA itu tidak satu tahun (selesai dalam satu tahun), itu 1-2 tahun baru kita bisa akses pasarnya," ujar Airlangga.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor Nasional ini mengatakan, hambatan ekspor ke negara Amerika Selatan selain kuota yang terbatas juga lantaran bea masuk yang tinggi.
Menurut Airlangga, untuk produk sepatu saja, bea masuk yang dikenakan bisa mencapai 20 persen. Oleh karena itu, pemerintah akan terus mencari solusi agar ekspor Indonesia pada wilayah tersebut dapat berkembang.
"Makanya kita harus kerja sama dengan mereka melalui FTA atau melalui CPTPP, nanti dicari jalan yang lebih baik," ucap Airlangga.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk meningkatkan ekspor otomotif ke wilayah Amerika Latin dan Meksiko, di antaranya melalui perjanjian perdagangan bebas atauFTA serta penambahan kuota impor.
Jerry menyampaikan, saat ini FTA dengan Amerika Latin dan Meksiko masih dalam proses penjajakan dan cukup aktif dibahas beberapa kementerian dan lembaga terkait.
Menurut dia, Kementerian Luar Negeri sangat aktif dalam memberikan diplomasi ekonomi di mancanegara.
"Sedang di-assess oleh unit dan juga oleh beberapa kementerian/lembaga, dari Kemlu juga sangat aktif, jadi saya pikir ini menjadi salah satu catatan juga," ujar Jerry.
Pemerintah saat ini fokus membuka akses pasar non tradisional seperti Amerika Latin, Eropa Tengah dan Timur, Asia Selatan dan Tengah serta Pasifik Selatan, agar terjadi peningkatan ekspor, termasuk produk-produk otomotif.
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury menyampaikan, jumlah kuota impor dari pemerintah Meksiko untuk Indonesia saat ini memang masih dibatasi, hanya 2.000 unit. Menurut Pahala, hal ini masih bisa dinegosiasi agar jumlahnya bisa mencapai 10 ribu unit.
"Tentunya nanti akan kita bicarakan secara bilateral dengan pemerintah setempat di Meksiko, karena memang kita kan belum memiliki FTA dengan negara-negara di Meksiko, tapi saya rasa kita bisa melakukan pembicaraan bilateral mengenai jumlah kuota," kata Pahala.
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam mengatakan, FTA bisa menjadi salah satu kunci peningkatan daya saing di pasar ekspor.
FTA sendiri memberikan sejumlah manfaat, seperti tarif preferensi atau diskon bea masuk bagi produk ekspor asal Indonesia di negara tujuan. Hal ini dapat meningkatkan daya saing pelaku usaha dan membuka akses pasar di luar negeri.
"Dalam ekspor itu, FTA jadi salah satu kunci daya saing kita, selisihnya kan bisa 10-15 persen bahkan lebih dari itu," tutup Bob.