Cara Pedagang Nilai Harga Mobil Bekas, Keluar Dealer Turun 25 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 06 Des 2023 07:00 WIB
Menurut pedagang balai lelang swasta, depresiasi harga mobil baru minimal 20 persen pada tahun pertama.
Menurut pedagang balai lelang swasta, depresiasi harga mobil baru minimal 20 persen pada tahun pertama. (CNNIndonesia/Febri Ardani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pedagang mobil bekas yang menjual dengan cara lelang, JBA Indonesia, menjelaskan tentang depresiasi harga mobil baru setelah dibeli konsumen dari dealer. Pada tahun pertama, secara umum nilainya dikatakan berkurang 25 persen.

"Tahun pertama penurunan nilai sekitar 20-25 persen tergantung jenis mobilnya. Tahun kedua biasanya berkurang sekitar 10-15 persen. Tahun ketiga baru mulai stabil 5-10 persen," jelas Willy Willim Head Fleet and Auction JBA Indonesia di Jakarta, Selasa (28/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misal harga mobil baru dibeli konsumen Rp 200 juta dari dealer pada 2023. Setelah keluar dealer lalu berjalan selama tahun pertama, yaitu 2024, maka harganya bila dijual sebagai mobil bekas menjadi setidaknya Rp150 juta setelah dianggap mengalami depresiasi 25 persen.

Kemudian pada tahun kedua, 2025, harganya menjadi Rp127,5 juta, hasil dari Rp150 juta menyusut 15 persen. Lantas pada tahun ketiga, 2026, banderolnya merosot lagi hingga 10 persen menjadi Rp114,75 juta.

Willy menyampaikan angka-angka yang dia sebutkan merupakan penilaian perusahaannya berdasarkan riset, bukan cuma di Indonesia tetapi juga di negara lain seperti China dan Inggris.

Meski begitu penjelasan ini merupakan perspektif pedagang menilai harga mobil bekas yang masuk ke sirkulasinya. Hal ini bisa jadi acuan jika Anda mau menjual mobil ke pedagang tetapi belum tentu pasti selalu demikian.

Harga tergantung populasi

Willy mengatakan depresiasi harga mobil bakal semakin besar karena berbagai faktor, salah satunya terkait populasi model saat statusnya mobil baru. Jika semakin banyak yang beli model mobil baru tertentu, maka demikian pula terjadi di mobil bekas.

Minat beli yang tinggi pada model tertentu bisa mengurangi depresiasinya. Sebaliknya, jika populasinya sedikit maka depresiasi semakin besar karena dinilai penggemarnya di mobil bekas pun tak banyak.

"Depresiasinya semakin gede kalau dia slow moving. Kalau fast moving, makin banyak yang beli, demand-nya makin besar, depresiasinya semakin kecil," ujar dia.

"Mobil baru yang semakin ngetren, misalkan di jalanan kita paling banyak lihat Avanza, Xpander itu akan lebih kecil depresiasinya," katanya lagi.

Penilaian seperti ini, dikatakan Willy, yang menyebabkan harga mobil listrik bekas jatuh sebab populasinya sedikit.

"Makanya EV, yang masih jarang, depresiasinya semakin gede. Itu secara umum begitu," paparnya.

Selain soal populasi dia juga membeberkan hal lain yang mempengaruhi harga yakni sentimen merek. Sejauh ini menurut dia merek China masih kesulitan bersaing di pasar mobil bekas lantaran depresiasinya besar.

"Tapi ada juga faktor lain, misal merek, Wuling. Itu sekennya depresiasi gede banget, jauh lebih gede daripada EV, karena secara aftersales mereka dipandang kurang ok," kata dia.

Menurut dia mobil bekas Wuling depresiasinya di atas 30 persen untuk tahun pertama.

"Pun kita melihat histori (lelang) kami kayak gimana. Ternyata Wuling harganya drop banget, baru kita riset, kenapa ya. Oh ternyata secara aftersales mereka kurang ok. Wuling juga terkenal boros, jadi orang mungkin minatnya lebih sedikit beli Wuling sehingga harganya drop," ucapnya.

"DFSK lebih jelek lagi, jujur kami jarang DFSK karena unit barunya saja jarang banget," kata dia lagi.

(fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER