Perusahaan balai lelang swasta JBA Indonesia mengungkap harga mobil listrik yang disubsidi pemerintah mengalami penurunan besar di pasar lelang mobil bekas.
Depresiasi mobil listrik subsidi seperti Wuling Air EV dikatakan bisa sampai 35 persen pada tahun pertama, ini jauh lebih besar ketimbang mobil konvensional yang dikatakan 20-25 persen.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Willy Willim Head Fleet and Auction JBA Indonesia menjelaskan pihaknya pernah melelang dua unit Air EV di tempat berbeda. Hasilnya mobil listrik ukuran ringkas ini terjual dengan harga rendah.
Dia tak mengungkap berapa harga final Air EV produksi 2022 itu ketika dilelang pada tahun ini, meski demikian ditekankan depresiasinya 35 persen.
"Untuk depresiasi mobil EV sebenarnya lebih tinggi dibandingkan mobil umum, bensin atau solar. Jadi kalau mobil biasanya sekitar 25 persen di tahun pertama, untuk EV bisa sampai 30-35 persen. Jadi ada saja yang beli, cuma harganya lebih rendah," ucap dia di Jakarta, Selasa (28/11).
Willy mengatakan Air EV itu tak laku sekali masuk pelelangan, dia bilang unitnya baru ada yang beli setelah harganya diturunkan penjual dan beberapa kali ikut lelang.
"Terjualnya itu dengan harga yang depresiasinya cukup besar, hampir 35 persen di tahun pertama. EV itu 2022 dilelang di tahun ini," ungkap dia.
Saat pertama kali dijual pada Agustus 2022, Wuling melego Air EV paling murah Rp238 juta hingga Rp295 juta. Namun konsumen bisa membelinya menggunakan subsidi dari pemerintah yakni diskon PPN sebesar 10 persen.
Misalnya saja setelah dikenakan subsidi itu harga varian termahal Air EV terpangkas Rp45 juta sehingga dibeli konsumen Rp250 juta.
Maka nilai unit Air EV itu bila dijual sebagai mobil bekas pada tahun ini menjadi Rp162,5 juta setelah dikurangi depresiasi 35 persen menurut penilaian JBA Indonesia.
CEO JBA Indonesia Shioyama Kazuhiro menyampaikan penurunan harga itu bakal semakin besar jika dihitung dari banderol sebelum dipotong subsidi, yang merupakan harga resmi dari Wuling.
Dari mobil baru Air EV Rp295 juta menjadi senilai Rp162,5 juta untuk mobil bekasnya, itu terjadi penurunan nyaris 45 persen atau hampir setengah harga. Penurunan seperti ini terbilang besar apalagi mengingat usianya baru satu tahun.
"Biasanya kalau dari pemerintah ada subsidi, itu harga bekasnya jatuh," kata Kazuhiro.
Lihat Juga : |
Kazuhiro juga menyampaikan ada beberapa hal lain yang membuat mobil listrik sulit laku sebagai mobil bekas di pelelangan. Salah satunya tentang kesehatan baterai yang terkuras seiring pemakaian pemilik pertama.
Baterai adalah komponen termahal pada mobil listrik yang bisa mewakili setidaknya setengah harga mobil barunya. Harus mengganti atau memperbaiki baterai jika membeli mobil listrik bekas adalah salah satu kekhawatiran konsumen.
"Mobil listrik itu biasanya yang mahal harga baterai, jadi belum banyak mobil bekasnya. Nanti pasarnya gimana kita juga belum tau, bisa jadi turunnya besar," papar Kazuhiro.
(fea)