BYD Ungkap Cara China Menyelesaikan Pengisian Daya EV Minim
Liu Xeuliang General Manager Build Your Dreams (BYD) wilayah Asia Pasific menanggapi masih minimnya infrastruktur pengisian daya mobil listrik (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum/SPKLU) di Indonesia.
Menurut Liu, masalah infrastruktur mobil listrik tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di sejumlah negara yang sedang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
Lihat Juga :Laporan dari China Investasi BYD Masih Tunggu Detail Regulasi Insentif Kendaraan Listrik |
Liu memberi contoh di negara China. Masalah serupa terjadi 10 tahun silam, namun kondisi tersebut diselesaikan perlahan dengan cara menambah jarak tempuh mobil listrik, dan ini untuk mendukung pengguna mobil tidak perlu sering mampir ke SPKLU.
"Soal infrastruktur pengisian daya mobil listrik, itu adalah hal yang juga terjadi di banyak negara yang mencoba mengadopsi EV. Dalam 10 tahun terakhir di China, kami juga mengalami masalah yang sama. Kami punya solusi, yakni meningkatkan jarak tempuh mobil listrik itu," kata Liu di kantor pusat BYD, Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, Rabu (20/12).
Lihat Juga :Laporan dari China BYD Buka Suara Mobil Listrik Potensi Masuk Indonesia |
Liu mengatakan pada beberapa tahun lalu rata-rata mobil listrik di China cuma sanggup bergerak sejauh 200-300 kilometer dengan daya baterai terisi penuh. Pabrikan otomotif lokal pun didorong untuk menghasilkan mobil listrik yang menjelajah lebih jauh lagi.
Kemampuan jelajah mobil listrik di China ditingkatkan dari 400 hingga 600 kilometer dalam kondisi baterai terisi penuh.
Liu menjelaskan keberhasilan ekosistem mobil listrik di setiap negara harus mendapat dukungan dari pemerintah dan dari sektor swasta, namun harus diawali oleh pemerintah guna menarik minat swasta untuk membangun infrastruktur SPKLU.
"Ada pihak ketiga atau perusahaan-perusahaan yang memiliki tertarik mengembangkan infrastruktur EV," ucap Liu.