KLH Sorot Masalah Besar Limbah Baterai Saat EV Makin Laku di RI

CNN Indonesia
Kamis, 13 Mar 2025 20:30 WIB
KLH menjelaskan saat ini Indonesia belum punya fasilitas dan industri khusus mendukung pengolahan limbah baterai kendaraan listrik.
KLH menjelaskan saat ini Indonesia belum punya fasilitas dan industri khusus mendukung pengolahan limbah baterai kendaraan listrik. (ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyoroti potensi dampak lingkungan dari semakin meningkatnya penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

Salah satu isu yang diprediksi akan menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun ke depan adalah pengelolaan limbah baterai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon KLH Ary Sudjianto mengatakan dalam tiga hingga empat tahun ke depan tata kelola daur ulang baterai EV perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

"Kita sadar bahwa ini adalah tantangan yang akan kita hadapi dalam waktu dekat. Cara mengelola limbah baterai harus dipikirkan dengan baik seiring bertambahnya jumlah kendaraan listrik di Indonesia," ujar Ary di Jakarta, Senin (11/3), diberitakan Antara.

Saat ini Indonesia belum memiliki fasilitas dan industri khusus untuk mendukung pengolahan limbah baterai EV, tetapi Ary optimistis pengembangan sektor ini dapat dilakukan karena Indonesia sudah memiliki pengalaman mengelola baterai konvensional.

"Untuk baterai konvensional, kita sudah memiliki infrastruktur dan industri yang mampu mengolahnya. Kita juga memiliki sektor yang memanfaatkan bahan daur ulang dari limbah baterai tersebut," tambahnya.

Menurut Ary pengolahan limbah baterai EV memerlukan kerja sama erat antara pemerintah, pelaku industri, serta kebijakan yang mendukung.

Ia menyoroti target penggunaan kendaraan listrik mencapai 15 juta unit pada 2030, jumlah limbah baterai yang dihasilkan akan jauh lebih besar dibanding baterai konvensional.

Sementara itu Anggota Komisi XII DPR RI Dewi Yustisiana menekankan urgensi percepatan adopsi kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan menekan polusi udara.

Menurut Dewi keberadaan industri baterai EV menjadi kunci membangun ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan sektor swasta telah berupaya mempercepat infrastruktur kendaraan listrik.

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia melonjak 300 persen dari sekitar 1.000 unit pada 2023 menjadi lebih dari 3.000 unit pada 2024.

Fasilitas home charging service (HCS) juga mengalami pertumbuhan signifikan, dari 9.000 unit pada 2023 menjadi 28.000 unit pada 2024.

Meski infrastruktur EV berkembang pesat, Ary menekankan aspek keberlanjutan harus menjadi perhatian utama.

"Limbah baterai kendaraan listrik bisa menjadi masalah besar jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, kita harus mulai merancang ekosistem pengolahannya dari sekarang," pungkasnya, dikutip dari Antara.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER