Orang Kaya Indonesia Diduga Tunda Beli Mobil Baru
Penjualan mobil nasional yang mengalami penyusutan disebut sebagai dampak dari menurunnya pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak kepada daya beli masyarakat. Kondisi tersebut lantas memunculkan fenomena baru di mana saat ini orang kaya juga ikut menunda pembelian mobil.
Sejumlah kalangan atas, biasanya dinilai rutin membeli kendaraan dalam periode lima tahun sekali. Namun kini ada indikasi hal tersebut tak terjadi sebab mereka memilih memantau perkembangan ekonomi sembari menahan anggaran.
"Mereka ikut mengurangi belanja mobil untuk level atas, katakan nanti dulu deh, mobil tipe baru mereka katakan tunggu dulu deh. Apalagi komoditas harganya enggak menggembirakan," kata Jongkie D Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengutip CNBC Indonesia, Kamis (17/7).
Lesunya penjualan mobil sudah terjadi sejak awal tahun, di mana banyak orang menahan pembelian dan memilih untuk mengarahkan anggaran pada objek yang lebih penting.
Gaikindo telah merilis data penjualan retail atau penjualan langsung ke konsumen pada Januari-Juni 2025 berjumlah 390.467 unit. Angka itu lebih sedikit 9,7 persen dibanding periode sama tahun kemarin. Sementara wholesales mengalami penyusutan 8,6 persen menjadi 374.740 unit, dari sebelumnya 410.020 unit.
Penurunan lebih tajam terlihat pada Juni 2025 yang retailnya sejumlah 61.647 unit. Pada Juni 2024 para anggota Gaikindo berhasil mengemas penjualan sebanyak 70.290.
Sedangkan wholesales di periode itu menyusut 22,6 persen dari 74.618 unit pada Juni 2024 menjadi 57.760 unit pada Juni 2025.
Bila ditinjau secara bulanan, yaitu Mei dibanding Juni 2025, wholesales mobil nasional juga mengecil menjadi 57.760 unit, padahal sebelumnya atau Mei berjumlah 60.612 unit.
Lihat Juga : |
Penjualan hanya meningkat berdasarkan pencapaian retail Juni dengan kenaikan penjualan hanya 340 unit dibanding Mei 2025.
"Penurunan sudah terjadi sejak awal tahun fluktuatifnya dari Januari dan seterusnya dibanding tahun lalu. Penyebab utama daya beli masyarakat menurun ditambah pertumbuhan ekonomi tidak sesuai harapan, harapan kita 5 persen, tapi beberapa sektor seperti harga komoditas turun dan sebagainya, jadi turun daya beli, nanti dulu lah, lihat dulu model baru dan sebagainya," ujar Jongkie.
(ryh/fea)