Proyek i2C Diklaim Bukan Rebadge, tapi Asli Mobil Buatan Indonesia
Perusahaan di bawah yayasan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Teknologi Militer Indonesia (TMI), memastikan proyek mobil listrik nasional, i2C, bukanlah sekadar angan-angan. TMI mengatakan produk i2C merupakan hasil karya anak bangsa dan bukan rebadge.
Rebadge merupakan istilah dalam industri otomotif yang merujuk pada kerja sama antar produsen untuk menjual mobil yang sama namun beda merek. Praktik ini biasa digunakan produsen untuk memangkas biaya pengembangan produk, sementara buat yang lain mendapat keuntungan dari volume produksi.
Lihat Juga : |
Masyarakat Indonesia sudah trauma dengan merek mobil nasional, termasuk Esemka yang selalu bikin heboh. Esemka menjual Bima yang terindikasi produk rebadge model kendaraan asal China, Changan Star Truck.
Mobil-mobil Esemka yang lain juga diduga rebadge mobil China namun tak pernah diakui demikian.
Budi Wurasqito, Advisor Desain TMI, mengatakan i2C bersama produk-produk yang akan lahir menggunakan merek itu bukan rebadge.
"Jadi saya pastikan kami itu bukan rebadge," kata Budi di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, ICE BSD, pekan kemarin.
Bukan mobil nasional
Budi menolak hasil karyanya, i2C, disebut mobil nasional. Purwarupa pertama TMI ini ingin dinamakan i2C atau Indigenous Indonesian Car, yang jika diterjemahkan menjadi 'mobil asli Indonesia'.
"Jadi bukan mobil nasional, karena ada trauma masa lalu, karena ada rebadging dan lainnya. Jadi bilangnya itu Indigenous Indonesian Car," kata dia.
Ia turut memastikan proyek ini bukanlah hasil karya orang lain, sebab dasar pembuatan mobil murni dikerjakan oleh talenta terbaik anak bangsa.
Mereka mengawali proyek ini dengan membuat desain mobil pada sebuah kertas. Setelah itu melanjutkan karyanya dengan menggandeng perusahaan konsultan desain asal Italia, Italdesign.
Lihat Juga : |
Proyek perdana ini lantas melahirkan sebuah konsep SUV listrik berbasis baterai yang wujudnya telah ditampilkan di GIIAS 2025 dalam bentuk model skala 1:1. Ini disebut memberi gambaran nyata tentang arah desain yang akan dikembangkan lebih lanjut.
"Kami memang desain dari awal hingga akhir. Jadi kuncinya IP (intellectual property). Jadi IP milik kita, desain milik kita," kata dia.
Harsusanto, Presiden dan CEO TMI menambahkan proyek yang telah berjalan kurang dari setahun ini ditargetkan masuk tahap produksi massal paling lama 2028. Harapannya, mobil ini dapat dilepas ke pasar dengan harga di bawah Rp500 juta.
"Ya targetnya demikian," ucap Harsusanto.
(ryh/fea)