Penjualan Naik, Periklindo Yakin Mobil Listrik Bantu Target Gaikindo
Perhimpunan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) tidak menampik mobil listrik asal China belum bisa mendongkrak penjualan kendaraan di Indonesia.
Kendati demikian, asosiasi tetap optimistis target penjualan 900 ribu unit selama 2025 yang dipatok Gaikindo mungkin saja bisa tercapai dengan dibantu penjualan mobil listrik.
Ketua Umum Periklindo Moeldoko menegaskan penjualan mobil listrik masih tumbuh positif dan berkontribusi ke target besar Gaikindo tahun ini.
"Mobil listrik kita (penjualannya) enggak turun," kata Moeldoko saat diwawancarai CNNIndonesia.com, Rabu (20/8).
Lihat Juga : |
Sementara itu, Vice Chairman of Research & Development Periklindo, Prabowo Kartoleksono menilai, tren penjualan kendaraan listrik justru tumbuh signifikan dibanding mobil mesin pembakaran internal (ICE).
"Kalau kami melihatnya bahwa tren penjualan itu justru ICE yang turun. Kita naik hampir 500 persen dibanding tahun lalu," ujar Prabowo.
Ia menyebutkan data terbaru menunjukkan total penjualan battery electric vehicle (BEV) per Juli 2025 sudah mencapai 42.178 unit, atau naik lebih dari 200 persen dibanding periode sebelumnya.
"Ini ada datanya itu bulan Juli 2025 total penjualan BIV mencapai 42.178 unit. Itu nyaris menyamai jumlah sepanjang tahun 2024," jelasnya.
Berkaca dari angka tersebut, Periklindo optimistis target khusus penjualan mobil listrik sebanyak 60 ribu unit tahun ini bisa tercapai.
Menurut mereka, capaian EV ini diharapkan ikut menopang target 900 ribu unit kendaraan roda empat yang dikhawatirkan Gaikindo meleset karena penjualan ICE tengah melambat.
"Kalau EV kita yakin bisa tercapai (targetnya), karena trennya sudah mengarah ke sana. Jadi kesimpulan sendiri saja, yang turun yang mana nih," pungkasnya.
Infratruktur EV belum memadai
Perdebatan siapa yang lebih dahulu berkembang, permintaan terhadap kendaraan listrik atau penyediaan infrastruktur pengisian daya (SPKLU), menurut Ketua Umum Periklindo Moeldoko jawabannya ada di pemerintah lewat PLN.
"Selalu beginilah teorinya ya, yang selalu sering saya katakan antara ayam dengan telur. Yang mau investasi, eh entar dulu. Udah banyak belum yang pake nih, entar kan gua tekor nih rugi. Baliknya entar berapa puluh tahun nih. Yang mau beli juga begitu, eh mau beli (tapi) mana ini charging-nya," kata Moeldoko.
Moeldoko menekankan PLN punya peran strategis sebagai penyedia agar pertumbuhan EV dan SPKLU bisa berjalan beriringan.
PLN menurut Moeldoko mesti jadi inisiator dalam membangun ekosistem infrastruktur mobil listrik di Indonesia.
"Saya pikir yang menjadi medium awalnya adalah PLN. PLN menjadi penengah bagaimana mengimbangi antara pertumbuhan EV dan juga pertumbuhan SPKLU. Ini kalau nggak ada PLN nggak akan bertumbuh," ujarnya.
"Nah, begitu sekarang ini sudah mulai bertumbuh dengan pesat, maka swasta akan menyambut itu," lanjut Moeldoko kemudian.
Ia melanjutkan kalau saat ini kecenderungan yang muncul justru tren penjualan EV yang menjadi katalisator percepatan investasi di SPKLU, bukan penyediaan infrastruktur SPKLU melalui PLN.
"Tapi melihat trennya sekarang ini yang mana perkembangan (penjualan mobil listrik) luar biasa, maka ini memicu para investor untuk buru-buru segera membangun SPKLU," tukasnya.
Untuk menyongsong minat investor tersebut, Moeldoko bilang kalau Periklindo juga aktif berkoordinasi dengan PLN agar penyediaan listrik untuk SPKLU tidak menjadi hambatan.
"Berikutnya kita juga sering komunikasi dengan PLN agar investasi di sektor itu diberi kemudahan untuk alirannya, arusnya, daya listriknya dan jangan mahal-mahal," katanya.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mencontohkan kebutuhan listrik untuk EV di daerah terpencil, seperti tambang dan perkebunan sangat butuh bantuan dari PLN.
"Contoh aja sekarang, bagaimana kalau ada remote area yang betul-betul perlu EV di daerah mining umumnya atau di perkebunan tapi disitu belum ada listrik, aliran listriknya. "Ini kan tetap kita mesti sambungkan dengan PLN, komunikasikan dengan PLN. Walaupun itu pakai solar panel ya, tapi kan harus ada campur tangan PLN," ucapnya.
(job/mik)