Berbuatlah untuk Pahlawanmu

CNN Indonesia
Selasa, 10 Nov 2015 14:19 WIB
Beberapa anak muda dari Yogyakarta, Malang, Solo, dan Surabaya ini tak sekadar punya pahlawan tapi berbuat sesuatu bagi pahlawannya.
Pelajar Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Azhar Surabaya mementaskan fragmen perjuangan di Taman Makam Pahlawan jalan Kusuma Bangsa, Surabaya, Jawa Timur, Senin (9/11). (CNN Indonesia/Antara Photo/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa anak muda dari kota Yogyakarta, Malang, Solo, dan Surabaya ini tak sekadar punya pahlawan bagi diri mereka. Tapi mereka juga ingin berbuat sesuatu bagi sosok yang mereka anggap pahlawan.

Yuk kita lihat apa yang dilakukan oleh Ervina Lutfi, Innamul Hassan, Jannet Cri Maharsi, dan Diah Rizki untuk para pahlawan mereka, melalui situs kitabisa.com. Ini adalah situs penggalangan dana online untuk berbagai inisiatif sosial.

Ibu Jumilah

Menurut Ervina Lutfi, Ibu Jumilah adalah perempuan berusia 40 tahunan yang mendedikasikan waktunya untuk mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus di Panti Asuhan Bina Siwi, di Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Berbekal ilmu selama belajar di Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ibu Jumilah mengasuh dan mendidik anak-anak tersebut untuk hidup mandiri.

Mbak Hayu

Meski menderita schizophrenia, Mbak Hayu tak menyerah dan percaya bahwa dirinya masih bisa berbuat bagi orang-orang di sekitarnya. Makanya dia kemudian memilih jadi relawan PMI dan membantu sesamanya penderita Schizophrenia di sekitar Solo. Ia juga aktif menulis puisi, menyanyi, dan menulis lagu. Ini adalah pahlawannya Jannet Cri Maharsi dari Solo.

Pak Sudarto

Di Malang ada Pak Sudarto, seorang penari jaran kepang yang sudah mengabdikan hidupnya selama 50 tahun untuk kesenian tradisional itu. Berbagai hajatan sudah dilakoninya, mulai dari yang sederhana sampai ke hotel bintang lima. Tetapi ketika istrinya sakit, Pak Sudarto terpaksa menjual peralatan musik dan kostum-kostum tarinya dan tinggal di kontrakan sederhana di tepi rel kereta api di Malang. Pahlawan bagi Innamul Hasan ini sekarang aktif mengajar kesenian jaran kepang kepada anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.

Pak Oei Him Hwie

Pria berusia 80 tahun ini bisa ditemui di perpustakaan Medayu Agung yang didirikannya. Dengan perpustakannya ini Pak Oei ikut mencerdaskan bangsa. Oei pernah menjadi wartawan Harian Trompet Masjarakat dan pernah dipenjarakan pada masa Orde Baru. Melalui pengumpulan dana online, Diah Rizki ingin membantu dengan membelikan rak dan buku-buku untuk menambah koleksi perpustakaan Medayu Agung.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER