Ayo Mencegah dan Melawan Gizi Buruk

Bahariyani Mareza | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jan 2016 12:23 WIB
Terdapat 4,6 juta balita di Indonesia yang mengalami gizi buruk. Bagaimana mencegah dan melawannya?
Ilustrasi (Thinkstock/Rauluminate)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terdapat 4,6 juta anak balita di Indonesia yang mengalami gizi buruk, bahkan dapat lebih banyak lagi balita gizi buruk yang belum terdata. Gizi buruk merupakan suatu keadaan anak mengalami kekurangan gizi pada tingkat yang sudah parah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya asupan protein dan energi ditambah dengan adanya infeksi dalam pencernaan. Pada umumnya gangguan gizi yang dialami anak anak usia dini merupakan ketidaksesuaian antara asupan makanan yang diterima dengan kebutuhan tubuh anak.

Unicef menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kasus gizi buruk, seperti jumlah asupan makanan dan kandungan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, hal ini biasa dilatarbelakangi kasus kemiskinan dan ekonomi. Kurangnya gizi menimbulkan infeksi pencernaan yang menghambat penyerapan gizi bagi anak. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya kasus gizi buruk.

• Kemiskinan
Keadaaan ekonomi keluarga mempengaruhi asupan pangan, keluarga pra sejahtera banyak mengorientasikan pendapatannya kepada kebutuhan pangan, sehingga pendapatan yang rendah tentu berpengaruh dengan jumlah asupan pangan.

• Ketidaktahuan orang tua
Banyak orang tua belum memahami kebutuhan gizi yang diperlukan bagi tumbuh kembang balitanya dan khasiat makanan yang disuguhkan. Banyak orang tua berorientasi pada kebutuhan kenyang anak. Dr. Soegeng Santoso pernah berpendapat dalam salah satu buku di tahun 1999, bahwa masalah gizi timbul karena kurang pengetahuan dan keterampilan di bidang memasak, sehingga menurunkan konsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi minat makan sehingga anak tidak bosan.

• Adanya pantangan terhadap makanan tertentu
Kebiasaan buruk ini biasanya menaruh prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu yang sebenarnya mengandung gizi tinggi. Seperti genjer, talas, daun ubi atau jenis sayuran lainnya, yang jarang menjadi primadona santapan keluarga. Belum lagi kebiasaan yang hanya menyukai satu jenis makanan atau biasa disebut faddisme seperti anak hanya menyukai ayam saja. Hal tersebut juga mengurangi sumber gizi dari makanan lain seperti vitamin dan zat besi yang tidak ada dalam ayam.

• Jarak kelahiran yang terlalu dekat
Banyak penelitian yang menerangkan jarak kelahiran anak mempengaruhi gizi anak. Ibu tidak akan bisa fokus untuk menyiapkan gizi bagi anak pertama dan anak yang baru dilahirkannya, ditambah lagi gizi bagi si ibu yang juga sedang mengandung anak lagi. Asupan gizi bagi ibu hamil dan ASI sangatlah penting, maka perlu perencanaan untuk menentukan jarak kelahiran anak agar asupan gizinya teratur dan terkendali bagi kesehatan anak dan ibunya juga.

• Penyakit Infeksi
Infeksi yang terjadi di saluran pencernaan cenderung membuat anak mati rasa untuk merasakan lapar, bahkan sudah tidak ada lagi nafsu makan. Sehingga bila sudah terjadi infeksi, anak kekurangan gizi akan semakin kurus dan melemahnya kekebalan tubuhnya. Akan ada banyak penyakit penyakit lain ikut menurunkan kesehatannya seperti diare dan cacingan. Penyakit ini menghabiskan protein dan kalori yang ada dalam tubuh anak yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan.

Untuk penyembuhan tentu dalam tahap yang masih ringan adalah dengan cara memperbaiki gizi anak sebelum infeksi parah terjadi. Apabila telah sampai pada tahap yang berat perlu pengobatan secara kompleks karena harus diobati satu persatu. Anak harus ditangani dokter secara langsung dan melakukan treatment perbaikan gizi yang membutuhkan waktu. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER