Jakarta, CNN Indonesia -- “They build us brand new shopping malls so that we’ll forget where we were really standing. On the bones of the Hispanics, on the bones of the slaves, on the bones of the Native Americans, on the bones of those who fought just to speak!” –Get Lit Poetry, Somewhere in America.
Spoken Word Poetry adalah tulisan yang sengaja ditulis untuk dibacakan di depan audiens. Tulisan ini sudah menjadi tren di AS dan UK sebagai media untuk menyampaikan pandangan penulis mengenai ide tertentu dengan
attitude mereka.
Menyampaikan pesan melalui kata kata memang menyenangkan, tetapi akan lebih menantang apabila pesan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk puisi yang lebih imajinatif dan menghibur bagi
audience-nya.
Lewat
spoken word poetry, penulis dan pendengar akan sama sama terlarut dalam emosi yang menggebu-gebu dan diajak untuk bersama sama memahami isu yang disampaikan oleh si penulis puisi.
Ada perbedaan antara
spoken word dengan puisi lain, yakni penggunaan
oral language yang tinggi dan penggambaran emosi dan ekpresi. Tren ini dimulai dari kelas-kelas Bahasa Inggris di berbagai wilayah AS.
Para siswa diajari untuk mengekspresikan opini mereka dengan cara yang lebih berani dan kreatif agar memiliki efek yang lebih besar terhadap audiensnya. Penulisan puisinya juga disesuaikan dengan karakter penulis.
Spoken word poetry dapat menjadi media orasi yang efektif. Penulis dapat menyampaikan pesan kepada audiens dan mengajak untuk bergerak bersama. Kalaupun tidak, si penulis masih dapat membuat mereka mengetahui mengenai isu HAM yang ia bicarakan dari sudut pandangnya.
Misalnya, dua orang Muslim di Amerika yang merasa termarjinalkan, karena identitasnya sebagai seorang muslim dan mengikuti sebuah festiva
l spoken word tingkat dunia. Ia menampilkan sebuah puisi berjudul “Why are moslems so” yang berusaha menunjukkan, bagaimana penilaian orang muslim di Amerika sangat tidak benar. Selain itu juga membahas bagaimana “Orang-orang yang mengaku melawan terorisme dari balik
keyboard computer mereka justru adalah orang-orang yang meneror para muslim”.
Mereka bahkan terdengar marah dan menggebu gebu ketika menyampaikan bagaimana festival yang mereka ikuti tersebut diadakan pada hari raya Idul Fitri.
“We are not celebrating the eid with our family because we’re on stage defending our family!” begitu kata mereka di puisi
spoken word yang ditulisnya.
Puisi lain yang tidak kalah menggugah adalah puisi yang berjudul “Somewhere in America”. Menceritakan bagaimana buruknya sistem pendidikan di AS yang seakan-akan mencegah anak-anak AS untuk mengetahui masa lalu kelam pelanggaran HAM di negaranya. Baik itu kepada orang-orang hispanik, African-American, ataupun Native American.
Pemerintah AS justru seakan akan memberikan distraksi pada anak-anak AS dengan gaya hidup konsumtif dan melarang mereka membaca buku-buku mengenai perbudakan orang-orang kulit hitam.
Semua orang bisa menulis
spoken word dan caranya tergolong sederhana seperti menulis puisi biasa. Penulis hanya perlu menentukan subjek puisi dan memiliki
attitude karena
spoken word kaya akan opini dan perasaan penulis yang unik dan berbeda-beda dan
spoken word berisikan keberanian penulis untuk menyampaikan pandangan dan pesannya pada dunia.
Setelah itu kita dapat memilih
poetic devices yang sederhana tapi dapat menarik perhatian seperti misalnya repetisi atau rima agar puisi lebih enak didengar. Langkah berikutnya adalah menampilkan puisi tersebut dengan memperhatikan emosi, bahasa tubuh, juga kontak mata dengan penonton agar puisi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan bisa mengusik nurani penonton.
Penulis puisi dapat memaksimalkan pertunjukannya dengan menghafalkan puisi yang ia tulis, dengan beggitu ia dapat lebih menyatu dengan makna dan konten emosional puisi yang ia tulis. Langkah selanjutnya adalah membagikan puisimu dengan dunia, melalui media social, website penulis-penulis puisi
spoken word dan banyak sekali cara lainnya.
Menyebarkan pandangan kita pada dunia dapat menjadi sesuatu yang menegangkan.
Spoken word poetry dapat menjadi salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan sekaligus mengasah kreativitas.
Kita dapat membuat orang lain mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita, juga bisa memberi dukungan pada korban pelecehan seksual, membela kaum minoritas, mengubah dunia
one word at a time.
Jadi, tunggu apalagi? Ambil penamu dan mulailah menulis!
(rkh/rkh)