Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah politikus muda dan tokoh senior Golkar mewacanakan penyelenggaraan Musyawarah Nasional Golkar secepatnya. Oleh karenanya, karena mereka menilai terjadi kevakuman sejak habisnya masa kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pada 8 Oktober 2014 lalu, lantas terbit ide pembentukan presidium.
Kabarnya, presidium bakal diisi oleh para tokoh senior dan sesepuh partai beringin ini. “Masih dalam proses penggodokan belum menjadi keputusan,” kata Yorrys saat dikonfirmasi CNN Indonesia ihwal ide pembentukan presidium, Ahad (19/10).
Yorrys mengatakan yang terpenting bagi Golkar saat ini adalah solusi kepemimpinan. Namun, kata dia, solusi yang dimaksudkan harus yang memiliki landasan hukum. “Semata untuk penyelamatan Golkar,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kevakuman kepemimpinan yang dimaksud kubu di luar Aburizal Bakrie, adalah terkait masa berakhirnya kekuasaan sang taipan di partai beringin. Namun untuk menafsirkan itu, masih ada dua pandangan berbeda. Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Golkar, masa jabatan ketua umum selama lima tahun. Tapi musyawarah nasional yang digelar pada 2009 menyepakati masa jabatan ketua umum berlangsung enam tahun.
CNN Indonesia lantas menghubungi salah seorang tetua Golkar yang dikabarkan bakal duduk di kursi presidium, Cosmas Batubara. Menurut Cosmas, dirinya memang dihubungi beberapa orang kader Golkar dan berbicara soal adanya presidium. Namun, kata dia, alangkah lebih elok apabila musyawarah nasional bisa dilaksanakan resmi oleh para elit Golkar. Wacana presidium, menurutnya, harus dibarengi dengan pencarian landasan hukum yang tepat.
“Intinya memang Munas harus dipercepat, hanya saja itu harus melibatkan semua stake holder di Golkar,” katanya.
Cosmas mengatakan terjadinya perkubuan di dalam tubuh Golkar memang terasa. Namun itu bukan hal yang harus dibesarkan. Golkar sejatinya harus kembali ke akar pendiriannya, yakni bermasa dengan keinginan rakyat untuk membangun kesejahteraan.