Jakarta, CNN Indonesia -- Sindiran yang diberikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terhadap Presiden Joko Widodo dalam pidato pembukaan Kongres IV PDIP di Bali beberapa hari lalu dipandang sebagai hal yang wajar.
Posisi PDIP sebagai partai pengusung Joko Widodo saat Pemilihan Presiden 2014, yang saat ini 'dilemahkan' di lingkaran eksekutif negara, diprediksi menjadi alasan kuat sindiran dikeluarkan oleh Megawati saat pembukaan Kongres berlangsung.
Selain itu, wacana publik untuk menjadikan Joko Widodo sebagai Ketua Umum PDIP menggantikan Megawati yang muncul beberapa saat sebelum Kongres IV PDIP berlangsung juga dipandang menjadi faktor kuat timbulnya rasa sakit hati dalam diri Megawati dan PDIP selaku partai pemerintah saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa survey di masyarakat yang mengatakan bahwa Jokowi harusnya memimpin PDIP. Sakit hati kan pasti Ibu Mega. Padahal, dulu ia yang berdarah-darah memperjuangkan PDI saat rezim orde baru berkuasa di tahun 1996 lalu," ujar Pakar Psikologi dari Universitas Indonesia Dewi Haroen di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (11/4).
Dalam daftar menteri-menteri yang duduk dalam Kabinet Kerja, PDIP selaku partai penguasa memang hanya mendapat 'jatah' empat menteri dari total 34 posisi Menteri dalam Kabinet tersebut.
Keempat menteri yang berasal dari PDIP itu adalah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, dan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Dewi memandang, Joko Widodo memiliki alasan dan pertimbangan tersendiri sebelum memutuskan untuk melibatkan sedikit kader dari PDIP dalam lingkaran pemerintahannya.
Salah satu alasannya, menurut Dewi, adalah kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki PDIP, sehingga akan sulit untuk partai tersebut melibatkan banyak orang dalam pemerintahan saat ini.
"Kita tidak bisa menafikan jika akhirnya Jokowi realitasnya tidak bisa mengajak banyak orang PDIP dalam pemerintahannya. PDIP kalah set (dengan Partai lain) karena kemampuan politisinya, SDMnya, kurang," kata Dewi.
(meg)