Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dipanggil menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/5). Dalam pertemuan itu, Ryamizard mengaku tidak membahas soal evaluasi menteri.
Ryamizard pun bungkam ketika ditanya mengenai kabar santer soal reshuffle atau perombakan kabinet yang bekerja di pemerintahan Jokowi-JK. Namun menurut dia, jika Presiden ingin melakukan reshuffle, maka akan langsung dilakukan tanpa memberitahu menteri yang bersangkutan terlebih dahulu. (Baca:
KIH Ajukan Usul Reshuffle Menteri kepada Jokowi Pekan Ini)
"Enggak tahu saya. Masa kalau Pak Jokowi, Pak JK mau reshuffle ngomong ke menteri? Ya enggak mungkin lah. Diam-diam tahu-tahu kena saja. Kan begitu," kata Ryamizard kepada wartawan seusai pertemuan. (Baca juga:
DPR Enggan Disebut Ikut Intervensi Rombak Kabinet)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ryamizard mengatakan, Jokowi dalam pertemuan memintanya untuk melaporkan soal kunjungan kerja ke Rusia. Selain itu, ia dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko diundang untuk ikut serta dalam kunjungan kerja Presiden ke Amerika Serikat guna membicarakan soal pertahanan negara.
Ryamizard menuturkan, selama ini ia dan Presiden berkomunikasi secara baik dalam membahas program-program yang dijalankan. Jokowi pun secara berkala memberikan arahan yang berkaitan dengan kementeriannya.
"Sederhana saja, (soal) pertahanan. Apa ancaman kita, mau dievaluasi apa ancaman kita itu, nyata. Kalau kita langsung beli alutsista saya tanya ini untuk apa, kapan perangnya," ujar Ryamizard.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan bahwa pihak Istana akan melakukan reshuffle untuk memperbaiki kinerja Kabinet Kerja. "Ya, tentu dalam waktu kedepan ini lah," kata JK di Kantor Wakil Presiden Jakarta. (Lihat Fokus:
Utak Atik Rombak Menteri Jokowi)
JK menjelaskan perombakan kabinet dirasa perlu mengingat dibutuhkannya kinerja yang mumpuni untuk mengintensifkan program kerja Jokowi-JK. Namun sayangnya, JK tak menjelaskan rinci sektor kementerian mana yang menjadi sasaran perombakan.
"Nanti, itu teknis," kata JK singkat.
(obs)