Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya (Toto) berpendapat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil lebih baik masuk bursa Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018, dari pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Salah satu keuntungan yang didapat Emil, sapaan Ridwan Kamil, dia tidak perlu kehilangan satu tahun masa jabatan yang dia emban sekarang.
Masalah lawan bertarungnya di ring pemilihan pun menjadi alasan dari penilaian Toto tersebut. Ridwan Kamil diperkirakan akan bertarung dengan
incumbent Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bila mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
"Dia tidak akan menghadapi
incumbent (seperti Ahok) kalau di Jawa Barat. Ketika di Jawa Barat, sama dengan akhir masa jabatannya di Bandung. Jadi tidak perlu meninggalkan amanahnya. Kalau di Jakarta, dia akan kehilangan yang di Bandung," ujar Yunarto Wijaya saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toto menilai peluang menang di Pilgub Jabar 2018 dianggap dapat memengaruhi nilai jual Emil tahun 2019. Menurutnya, bukan tidak mungkin nantinya Emil 'dilirik' menjadi seorang calon wakil presiden atau menteri.
"
Make sense dong seorang Emil berpikir peluang-peluang apa yang bisa didapat, seorang menteri, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jabar, mungkin dong yang realistis sampai yang
high call," katanya.
Karenanya, dia menilai Emil akan kehilangan banyak sekali peluang jika tetap maju dalam bursa Pilgub DKI Jakarta 2017. "Jadi, dari perhitungan itu tidak ada untungnya maju di DKI. Kecuali di DKI bukan orang yang kuat seperti Ahok," ucapnya.
Kamis siang hari ini, Emil mendatangi Balai Kota DKI Jakarta untuk membicarakan masalah kedinasan dan politik bersama Basuki dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Usai pertemuan itu, Emil mengungkapkan, keputusan akhir tentang jadi atau tidaknya dia ikut dalam Pilgub DKI 2017 disampaikan pekan depan.
Melihat hal tersebut, Toto menilai itu merupakan sinyalemen bahwa Emil tidak akan maju pada Pilgub DKI Jakarta 2017. "Itu sinyalemen tidak akan maju. Ketika kalah, dia akan kehilangan segalanya secara politik," tuturnya.
(rdk)