Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota Ridwan Kamil menyatakan, elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang tinggi bukan jadi penyebabnya dirinya urung jadi peserta Pilkada DKI Jakarta. Ia mengaku tak gentar menghadapi lawan dalam pilkada yang punya elektabilitas tinggi.
Ia mencontohkan, saat maju dalam Pilkada Kota Bandung 2013, elektabilitasnya hanya 6 persen dan tidak dikenal. Saat itu ia harus menghadapi calon petahana yang punya elektabilitas 30 persen.
Namun dengan strategi yang diterapkan, ia bersama Oded M Danial akhirnya bisa mendapatkan suara 45 persen. Saat itu ia didukung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.
Situasi sedikit berbeda saat ini jika Ridwan bersedia maju jadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, saat ini elektabilitasnya terbilang tinggi di Jakarta. Padahal tak ada pergerakan politik yang dilakukannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walau pasif, ternyata popularitas (saya) ada di 60-70 persen. Dari berbagai survei elektabilitas 15 sampai 20 persen," kata Ridwan dalam video jumpa pers yang diunggah ke akun Facebooknya, Senin (29/2).
Dengan kondisi seperti ini, kata Ridwan, memenangi Pilgub DKI Jakarta bukan sebuah hal yang mustahil.
Elektablitas Ahok yang membuat para peserta Pilkada DKI Jakarta kemungkinan kalah menurut Ridwan bukan sebuah ukuran. Jika memang dirinya mau maju dalam Pilkada, menurutnya hal tersebut bisa diatasi. "Semua ada ilmunya," ujar Ridwan.
Ridwan memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Ia mengaku ingin menyelesaikan masa tugasnya di Bandung hingga 2018. Ia mengaku Bandung belum sempurna dan masih butuh banyak perbaikan.
(sur)