Jakarta, CNN Indonesia -- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memang tak banyak bicara di hadapan publik. Namun, di balik sikap itu, keduanya aktif bergerilya menjelang masa kampanye Pilkada DKI Jakarta.
Manuver yang dilakukan oleh keduanya kadang tak berjalan beriringan, Agus ke lokasi A sedangkan Sylvi ke tempat B. Namun, dalam sepekan terakhir pola manuver Agus-Sylvi cukup terlihat: keduanya seperti sedang mengincar suara masyarakat Muslim di ibu kota.
Rangkaian safari politik yang dilakukan Agus-Sylvia sepanjang pekan lalu mengindikasikan hal tersebut. Diawali dengan manuver Sylviana yang menemui Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'aruf Amin di kediamannya, Rabu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan itu, Ma'aruf mengingatkan bahwa umat Muslim di Jakarta harus bisa memilih pemimpin yang baik menurut ajaran Islam. Juga saat itu Ma'aruf memuji Sylvi sebagai Muslim yang taat dan merupakan sosok yang tepat untuk mendampingi Agus.
Setelah kunjungan tersebut, barulah Agus dan Sylvi mengunjungi kantor PBNU dan Markas PP Muhammadiyah, pada Jumat (7/10).
PBNU menjadi tempat pertama yang mereka sambangi. Keduanya disambut oleh Ketua Umum Said Aqil Siraj serta Ma'aruf Amin yang menjabat sebagai Rais Am.
Dalam pertemuan yang berlangsung satu jam tersebut, Agus menjelaskan kedatangannya ke PBNU untuk memohon doa restu terkait keikutsertaan dirinya di Pilkada DKI Jakarta. Agus juga meminta nasihat dari tokoh-tokoh agama dari NU.
Ditolak NU dan MuhammadiyahBak gayung bersambut, permintaan Agus tersebut diterima dengan baik oleh PBNU. Said Aqil mengungkapkan bahwa pihaknya akan menyisipkan doa untuk Agus-Sylvi agar perjalanan mereka di Pilkada DKI dipermudah.
"Niat memperjuangkan kebenaran itu tantangannya pasti berat. Kami doakan semoga niat Agus dan Sylvi ini dikabulkan dan dipermudah," ujar Said Aqil.
Sayangnya, niat Agus-Sylvi mendapatkan dukungan dari PBNU tak kesampaian. Ma'aruf Amin berkata, tata krama yang ada membuat NU sebagai sebuah lembaga tak bisa memberikan dukungan langsung untuk salah satu pasangan.
Dalam kesempatan itu, Ma'aruf hanya bisa mengatakan bahwa warga NU, kemungkinan besar, akan memberikan dukungannya kepada Agus-Sylvi.
Dia beralasan. pasangan Agus-Sylvi memiliki kriteria yang hampir cocok dengan yang diinginkan oleh warga NU; mulai dari kriteria kesamaan agama, mazhab, program yang sesuai, hingga penampilan yang santun.
Respon yang tak jauh berbeda didapat saat keduanya mendatangi markas PP Muhammadiyah.
Agus-Sylviana juga mendapat doa dari pengurus Muhammadiyah. Namun seperti PBNU, Muhammadiyah tak bisa memberikan dukungan secara kelembagaan. Agus menerima dengan lapang sikap NU dan Muhammadiyah itu.
"Muhammadiyah dan NU bukanlah organisasi politik jadi tak bisa memberikan dukungan secara institusi, tapi kami meyakini umat yang ada harus mengenal alternatif lain," ujar Agus.
Manuver Agus-Sylvi tak berhenti di situ. Setelah mendekati MUI dan dua ormas Islam terbesar, keduanya lantas menyapa santri-santri dari sejumlah pondok pesantren.
Pada Ahad (9/10), sekitar 2000 santri yang tergabung dalam Jaringan Santri Indonesia (JSI) dihadirkan di Cikeas Mansion, Bogor, Jawa Barat.
Dalam acara yang dihadiri oleh Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, JSI mendeklarasikan dukungan terhadap Agus-Sylvi. Ketua Umum JSI Syofwatilah Mohzaib menegaskan, mereka akan mendoakan dan mendukung pasangan Agus-Sylvi secara ikhlas.
Kemarin Agus dan Sylvi juga menemui tokoh masyarakat dari unsur Islam, yaitu Kiai Nur Iskandar. Pertemuan itu akan diadakan di pondok pesantren Asshidiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat, dan dihadiri juga oleh kiai lain.
Manuver Agus-Sylvi yang mengincar masyarakat Muslim, entah kebetulan atau tidak, berbarengan dengan polemik agama yang dihadapi oleh calon lawannya yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Tetapi Agus menolak jika berbagai manuvernya itu dikaitkan dengan kasus SARA yang tengah melilit rivalnya tersebut.
"Mengaitkan ajaran agama (apapun) dengan konten politik, terlebih dalam rangkaian pemilihan Gubernur DKI, saya pikir tidak tepat," kata Agus.
(wis/rel)