Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa mata yang virtual terbesar di Jepang, Mt. Gox, mengalami pailit lantaran semua Bitcoin dalam sistem mereka ludes. Hal ini memicu bursa mata uang virtual lainnya untuk meningkatkan keaman, termasuk Bitcoin Indonesia.
Bursa yang beralamat bitcoin.co.id itu sudah menerapkan otentifikasi dua faktor untuk dompet digital seperti Google Authenticator. Langkah ini memperkuat sistem sehingga tak mudah dibobol oleh peretas.
Perusahaan juga mengklaim telah memperketat sistem keamanan untuk pengguna, dengan mendaftar alamat internet protoko, nomor kartu tanda penduduk pengguna, dan data lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika peretas ingin membobol akun dan transaksi Bitcoin, dia harus melewati Google Authenticator terlebih dahulu dan kita tahu bahwa tingkat keamanan yang diberikan Google sangat tinggi," ungkap Oscar saat dihubungi
CNN Indonesia, Rabu (8/10).
Ia menyarankan agar pemilik dompet digital membuat kata sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. Hingga September 2012, Oscar mengklaim perusahaannya melayani sekitar 30 ribu rekening Bitcoin.
Semua transaksi Bitcoin dapat dilihat dan dipantau melalui halaman blockchain.info. Nilai transaksi di Bitcoin Indonesia, lanjut Oscar, bisa mencapai Rp 500 juta rupiah per hari di Indonesia dan US$ 60 juta per hari di seluruh dunia.
Para pemain Bitcoin pada Februari 2014 lalu dikejutkan oleh bankrutnya bursa Mt. Gox. Mereka melaporkan kehilangan 850 ribu Bitcoin yang nilainya hampir US$ 500 juta. Sebanyak 100 Bitcoin di antaranya merupakan aset Mt. Gox, sisanya milik nasabah.
Mt. Gox mengakui musibah yang menimpa perusahannya dikarenakan sistem keamanan yang lemah sehingga mudah disusupi oleh peretas.
Bukan hanya soal keamanan, risiko lain yang menghantui pemilik Bitcoin adalah soal nilainya yang bergerak fluktuatif. Pada awal 2013, Bitcoin masih dihargai antara US$ 10 sampai US$ 15. Pada Oktober sampai November 2013 nilainya melejit jadi US$ 1.100.
Oscar berkisah kala itu Bitcoin mendapat perhatian besar dari masyrakat dunia. “Ini membuat permintaan pasar atas Bitcoin menjadi tinggi. Dan harganya melambung cepat,” ujar Oscar
Nilainya menurun drastis pada Desember 2013 ketika bank sentral Tiongkok tak mengakui Bitcoin sebagai alat bayar yang sah. Spekulan di Tiongkok lantas menarik Bitcoin mereka dan membuat harga Bitcoin jeblok di level US$ 365.
Bitcoin memiliki sifat desentralisasi yang berarti tak ada bank sentral atau pemerintah yang mengaturnya. Ia juga unik dari sisi nilai karena dapat naik dan turun secara signifikan dalam hitungan detik, sangat tergantung pada sentimen pasar.