Jakarta, CNN Indonesia -- Mengirimkan pesan teks dan foto bermuatan seksual dengan menggunakan ponsel adalah hal yang biasa dilakukan baik itu melalui SMS, MMS maupun aplikasi pesan instan.
Snapchat adalah salah satu aplikasi pesan instan yang sering digunakan untuk mengirimkan konten bermuatan seksual. Meskipun memiliki risiko, dengan fitur yang dimiliki Snapchat, pengguna akan merasa lebih aman untuk saling bertukar konten pribadi.
Aplikasi ini mulai dikenal ketika Anthony Weiner, seorang anggota dewan di Amerika Serikat didesak mundur dari jabatannya karena terlihat mengirimkan foto vulgar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu Weiner menjadi bulan-bulanan di media. Publik mengejek Weiner karena dia tidak menggunakan aplikasi Snapchat yang mungkinkan mengirimkan foto vulgar secara singkat dan dihapus dalam kurun waktu tertentu.
Cara kerja Snapchat adalah pengirim dan penerima konten harus memiliki aplikasi ini pada ponselnya dan akan terhubung melalui nomor kontak. Artinya, kedua pihak dapat terhubung secara pribadi dan tertutup tanpa adanya gangguan dari luar.
Selanjutnya dalam pengiriman gambar, pengirim dapat mengatur waktu lamanya gambar tersebut ditampilkan pada ponsel penerima. Waktu yang diatur bisa mencapat 10 detik sebelum nantinya gambar yang dikirim terhapus dengan sendirinya. Fitur inilah yang sering digunakan para pengguna untuk saling bertukar konten seksual.
Pada halaman Appstore, SnapChat hanya boleh digunakan oleh pengguna yang berusia 12 tahun. Wajar saja mengingat aplikasi ini bisa menjadi sarana bertukar konten yang bersifat pribadi dan bermuatan seksual.
Bahkan Evan Spiegel, mahasiswa asal Universitas Stanford yang membuat aplikasi tersebut memperingatkan pengguna dari "konten seksual ringan atau hingga sampai konten ketelanjangan" pada Appstore.
Hingga saat ini, popularitas Snapchat terus meningkat. Dikutip dari Mashable, Evan Spiegel dalam D Moble Conference mengemukakan bahwa setiap harinya pengguna mengunggah sebanyak 150 juta foto melalui aplikasi Snapchat.